Senin 08 Jul 2019 22:29 WIB

Media Internasional Beritakan Sutopo Purwo Nugroho, Sorot Dedikasi Kerja dan Optimisme Hidup

Waftanya Sutopo Purwo Nugroho tidak hanya ramai diangkat media di Indonesia.

Rep: deutsche-welle/ Red:
Media Internasional Beritakan Sutopo Purwo Nugroho, Sorot Dedikasi Kerja dan Optimisme Hidup
Media Internasional Beritakan Sutopo Purwo Nugroho, Sorot Dedikasi Kerja dan Optimisme Hidup

Berita mengenai kepergian Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, tidak hanya ramai diangkat media di Indonesia. Media internasional juga tidak ketinggalan memberitakan sosok pria kelahiran Boyolali 7 Oktober 1969 yang meninggal karena kanker pada Minggu (7/7) lalu itu.

Berdedikasi tinggi dan pekerja keras adalah beberapa asosiasi yang kerap muncul dalam pemberitaan mengenai sosok Sutopo di media berbahasa Inggris. Media Singapura The Straits Times dalam artikel "Indonesia's famed disaster spokesman Sutopo Purwo Nugroho dies of cancer" menggambarkan betapa Sutopo adalah seorang yang pantang menyerah melalui sepenggal kisah kilas balik saat Gunung Agung di Bali meletus.

Sutopo, yang terpaksa memakai selang infus dan bernafas dengan satu paru-paru, kala itu, masih melaksanakan tugasnya menyampaikan rilis pers pada awak media.

Atas etos kerjanya yang luar biasa dalam menyebarkan informasi kebencanaan, Sutopo masuk ke dalam empat sosok pemberani yang dilabeli The First Responders, yang dianugerahi penghargaan The Straits Times Asians of the Year 2018. Di akhir artikel beritanya, The Straits Times mengutip ucapan Sutopo yang dikenal luas yakni, "makna hidup bukan ditentukan panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita bermanfaat bagi sesama selama hidup".

ABC News, juga tidak ketinggalan memberitakan betapa gigihnya Sutopo dalam menjalankan tugasnya sebagai juru bicara BNPB meski sedang berjuang melawan kanker. Dalam artikel berjudul "Sutopo Purwo Nugroho, the face of Indonesia disaster relief efforts dies at 49" media Australia itu mendeskripsikan Sutopo sebagai "wajah publik dari ribuan orang yang terlibat dalam upaya bantuan bencana Indonesia yang berat." ABC News juga menyebutkan, "atas kemampuan komunikasinya Sutopo meraih berbagai penghargaan, baik di dalam maupun luar negeri."

Senada dengan The Straits Times dan ABC News, media Inggris, The Guardian, juga mendeskripsikan perjuangan Sutopo dalam melawan kanker, dan pada saat bersamaan tetap mengemban tugas di BNPB. The Guardian mengutip wawancara yang mereka lakukan dengan Sutopo pada bulan November tahun 2018 mengenai niat Sutopo untuk berhenti dari pekerjaan karena penyakitnya. Namun, ia mengurungkan niat itu dan tetap menjalani apa yang menjadi tanggung jawabnya.

"Saya pikir, penyakit ini adalah takdir saya, saya ditakdirkan untuk itu, jadi saya harus tetap bekerja, itu adalah tanggung jawab saya. Ketika bencana melanda, saya harus membagikan informasi itu dengan cepat, dalam kondisi apa pun. Selama itu memberi manfaat bagi orang-orang, saya melakukan pekerjaan saya dengan sepenuh hati. Setiap pekerjaan, jika diniatkan dengan hati, akan memberikan hasil yang baik", seperti dikutip langsung dari artikel The Guardian, "Indonesia's much-loved disaster agency chief dies of cancer".

Media ternama AS, The New York Times, menyebut Sutopo sebagai sosok yang jujur dan terus terang, yang mengandalkan sains untuk menawarkan penjelasan berbasis fakta untuk bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, termasuk gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami.

Selain informasi mengenai kegigihan dan optimisme Sutopo dalam menjalani tugas dan melawan kanker, The New York Times dalam artikel berjudul "Sutopo Purwo Nugroho, Indonesia Disaster Spokesman, Dies at 49" juga mendeskripsikan latar belakang pendidikan dan awal perjalanan karier Sutopo. Disebutkan bahwa ia berulang kali menolak pekerjaan sebagai juru bicara BNPB karena ia khawatir apa yang ia katakan akan dibatasi pemerintah.

Tetapi atasannya akhirnya membujuknya dan meyakinkannya bahwa ia diharapkan mengambil jabatan itu karena ia berbicara jujur tentang suatu peristiwa dan memiliki kredibilitas dengan publik.

Sutopo melihat bagian dari pekerjaannya adalah melawan rumor dan hoaks yang berhubungan dengan bencana dengan memberikan penjelasan ilmiah.

"Apa yang saya sampaikan adalah hal yang nyata," katanya seperti dikutip dari The New York Times, "bukan berita palsu seperti Donald Trump."

na/ml (The Straits Times, ABC News, The Guardian, The New York Times)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement