Selasa 09 Jul 2019 17:42 WIB

Setelah ke Eropa dan AS, Kini Indonesia Kirim Balik Sampah ke Australia

Minggu lalu Indonesia memulangkan 49 kontainer ke AS, Jerman, Prancis, dan Hong Kong.

Rep: deutsche-welle/ Red:
Setelah ke Eropa dan AS, Kini Indonesia Kirim Balik Sampah ke Australia
Setelah ke Eropa dan AS, Kini Indonesia Kirim Balik Sampah ke Australia

Indonesia akan mengirim lebih dari 210 ton sampah kembali ke Australia. Delapan kontainer yang disita di kota Surabaya seharusnya hanya berisi kertas bekas, tetapi pihak berwenang juga menemukan bahan berbahaya dan sampah rumah tangga termasuk botol plastik, kemasan, popok bekas, sampah dan kaleng elektronik, kata juru bicara kantor bea cukai Jawa Timur kepada kantor berita AFP.

Setelah dilakukan pemeriksaan, kementerian lingkungan hidup Indonesia merekomendasikan "barang-barang itu diekspor kembali," demikian kantor bea cukai Jawa Timur dalam pernyataan terpisah, Senin (8/7).

"Ini dilakukan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan Indonesia, khususnya di Jawa Timur, dari limbah B3," demikian pernyataan itu, merujuk pada limbah bahan berbahaya dan beracun.

Kenapa Australia mengirim sampahnya ke luar negeri?

Menurut pernyataan dari ahli manajemen material berbahaya dari Universitas Deakin, Trevor Thornton, yang dikutip dari The Age, Australia sebenarnya "cukup bagus dalam melakukan daur ulang, baik bisnis maupun rumah tangga. Yang tidak kita kuasai adalah tidak mencampur kontaminan ke sampah".

"Kita perlu pemerintah Australia dan perusahaan swasta untuk meningkatkan kapasitas penyortiran di Australia. Teknologinya ada, kita hanya perlu lebih banyak. Kita juga perlu rumah tangga untuk mengurangi tingkat kontaminasi," sambungnya.

Sebagian besar pelaku industri di Australia setuju bahwa yang dibutuhkan adalah lebih banyak industri daur ulang di Australia dan lebih sedikit limbah yang dikirim ke negara-negara yang tidak punya perlengkapan yang cukup untuk mengolahnya.

Indonesia telah kirim balik sampah ke Eropa dan AS

Minggu lalu Indonesia telah memberangkatkan 49 kontainer dengan menggunakan kapal laut ke Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis dan Hong Kong. Dalam kontainer tersebut adalah limbah plastik yang tidak bisa didaur ulang dan limbah B3.

Dalam wawancara dengan DW Indonesia, Bernhard Schodrowski, juru bicara Asosiasi Industri Limbah dan Daur Ulang Jerman menyatakan bahwa pada dasarnya eskpor sampah dilarang. "Sampah tidak diekspor. Yang diekspor adalah bahan-bahan daur ulang seperti rongsokan, sampah kertas dan beberapa jenis plastik tertentu."

Keputusan Cina di tahun 2018 untuk melarang impor limbah plastik membuat daur ulang global menjadi kacau dan membuat negara-negara maju berjuang untuk menemukan tempat untuk mengirim limbah mereka.

Sejak saat itu, sampah dalam jumlah besar telah dialihkan ke Asia Tenggara, tetapi penentangan terhadap penanganan sampah ekspor semakin meningkat di wilayah ini.

Selain Indonesia, pada bulan Mei Malaysia mengirimkan 450 ton limbah plastik impor ke negara asal, termasuk Australia, Bangladesh, Kanada, Cina, Jepang, Arab Saudi dan Amerika Serikat. Sementara itu, Filipina mengembalikan sekitar 69 kontainer sampah ke Kanada bulan lalu.

na/ (AFP, The Age)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement