Selasa 09 Jul 2019 22:17 WIB

Malaysia Tangkap 4 Warga Asing Diduga Anggota Militan

Dua di antara yang ditangkap adalah warga etnis Rohingya dari Myanmar.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Ditangkap Polisi
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ditangkap Polisi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia menahan empat orang asing, sebab diduga terlibat dalam kelompok militan radikal, Selasa (9/7) siang waktu setempat. Dua orang asing termasuk, dua etnis Rohingya dari Myanmar, satu dari Filipina, serta satu tersangka dari India.

Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Abdul Hamid Bador dalam sebuah pernyataan mengatakan, kedua tersangka Rohingya ditahan karena memberikan dukungan kepada Pasukan Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA), kelompok pemberontak yang berada di belakang serangan 2017.

Baca Juga

"Salah satu tersangka Rohingya ini, seorang pekerja konstruksi berusia 41 tahun, juga mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadap Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dalam sebuah video yang diunggah di media sosial," kata Abdul Hamid dilansir Channels News Asia, Selasa.

Tersangka lain yang ditahan termasuk warga negara Filipina berusia 54 tahun, yang diduga memiliki hubungan dengan organisasi yang bersekutu dengan ISIS, Abu Sayyaf. Pria tersebut juga diduga terlibat dalam kegiatan penculikan di perairan negara bagian Sabah, Filipina selatan.

"Tersangka keempat adalah seorang warga negara India berusia 24 tahun yang diduga bertindak sebagai fasilitator bagi anggota senior Babbar Khalsa International (BKI), sebuah kelompok separatis Sikh," ujar Abdul Hamid.

Tersangka, yang merupakan pekerja pemeliharaan lift, dituduh mengirimkan yang 7.600 ringgit untuk mendanai kegiatan BKI di Asia Tenggara.

Malaysia adalah rumah bagi puluhan ribu Muslim Rohingya, yang bertahun-tahun tiba di negara Asia Tenggara dari Myanmar atau Bangladesh untuk mencari suaka. Lebih dari 700 ribu pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar barat ke Bangladesh setelah separatis menyerang pasukan keamanan Myanmar pada Agustus 2017 sehingga memicu tindakan keras yang dipimpin oleh tentara.

Dengan adanya ancaman teroris, Malaysia sangat waspada sejak orang-orang bersenjata yang bersekutu dengan ISIS melakukan serangkaian serangan di Jakarta pada Januari 2016.

Serangan granat di sebuah bar di pinggiran ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, pada Juni 2016 lalu juga melukai delapan orang. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan kali pertama di tanah Malaysia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement