Rabu 10 Jul 2019 04:27 WIB

Balok Kokain Ditemukan di Pantai Filipina

Polisi mengatakan, kemungkinan obat-obatan terlarang itu menuju Australia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Balok kokain yang ditemukan terdampar di pantai Filipina, Ahad (7/7).
Foto: Mauban police
Balok kokain yang ditemukan terdampar di pantai Filipina, Ahad (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Dalam beberapa bulan terakhir, bungkusan kokain berbentuk balok terapung di wilayah pantai timur Filipina. Pada akhir pekan lalu, tujuh bungkusan kokain ditemukan mengambang di dekat pantai di Provinsi Quezon.

Polisi mengatakan, kemungkinan obat-obatan terlarang itu menuju Australia, di mana permintaan kokain di negara tersebut cukup tinggi. Pada Ahad (7/7) lalu, sebuah keluarga sedang berpiknik di tepi laut di Kota Muban, Quezon dan melihat tujuh benda mengambang di dekat pantai. Mereka kemudian mengambil benda-benda tersebut. Kemudian setelah menyadari benda-benda yang mengapung itu adalah kokain, mereka langsung menghubungi polisi setempat.

Baca Juga

Direktir Kepolisian Quezon, Ramil Montilla mengatakan kepada Manila Bulletin, paket-paket berisi kokain tersebut dibungkus dengan selotip dan diberi label minuman berenergi. Montilla mengatakan, paket-paket kokain tersebut diperkirakan bernilai sekitar 35 juta peso.

Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan dengan serangkaian temuan obat-obatan serupa pada Februari lalu, di Kepulauan Dinagat, Surigao, Camarines Norte dan Quezon yang mencapai 472 juta peso. Polisi di wilayah Surigao menawarkan imbalan sekarung beras bagi setiap bungkusan kokain yang diserahkan. 

Kemudian pada Mei lalu, para nelayan menemukan 39 blok kokain ketika mereka sedang memancing di perairan provinsi Sorsogon. Sebanyak 39 blok kokain ini diperkirakan memiliki nilai lebih dari empat juta dolar AS.

Seorang rekan di Drug Policy Project di Institute for Policy Studies, Sanho Tree mengatakan, ada beberapa alasan bungkusan-bungkusan kokain tersebut mengambang di perairan Filipina. Alasan tersebut antara lain, bungkusan kokain itu menjadi bagian dari pengiriman yang hilang oleh penyelundup.

"Kadang-kadang mereka akan merendam paket-paket narkoba di bawah air dengan jaring dan jangkar untuk diambil, tetapi paket tersebut kadang-kadang bisa lepas. Selain itu, terkadang kapal cepat akan melemparkan barang ke laut jika mereka dikejar untuk menghancurkan bukti dan arus laut membawanya ke Filipina," ujar Tree, dilansir BBC, Selasa (9/7).

Philippine Drug Enforcement Agency (PDEA) meyakini, bungkusan kokain yang mengambang tersebut digunakan oleh sindikat narkoba sebagai taktik pengalihan. Hingga saat ini, petugas fokus untuk melakukan operasi dan mengumpulkan semua bungkusan kokain yang mengambang di pantai-pantai di Filipina.

"Sementara, semua pasukan pemerintah fokus pada operasi untuk mengambil kokain yang mengambang, kami percaya sindikat narkoba dapat mengambil kesempatan untuk menyelundupkan sabu," Direktur Jenderal PDEA Aaron N. Aquino mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Aquino menambahkan, kokain bukan obat-obatan yang banyak digunakan di Filipina. Biasanya para penyelundup rela mengorbankan kokain untuk menyelundupkan sabu. Namun, Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Oscar Albayalde mengatakan, tidak mungkin seorang dealer akan menggunakan taktik yang sedemikian mahal.

Pada September 2018, 500 kilogram kokain dengan nilai 300 juta dolar AS ditemukan oleh polisi di Kepulauan Solomon. Temuan itu kemungkinan merupakan bagian dari paket yang akan dikirim ke Australia, namun dibuang ke laut karena para penyelundup menghindari pengejaran polisi.

"Mereka mungkin telah membuang obat-obatan itu karena sedang dikejar oleh Angkatan Laut Papua Nugini," kata Albayalde kepada CNN Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement