Rabu 10 Jul 2019 02:37 WIB

Inggris Minta Wabah Ebola di Kongo Berstatus Darurat

Sejak Agustus 2018, ada 1.625 kematian akibat ebola di Republik Demokratik Kongo

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Hasanul Rizqa
Petugas medis ebola bekerja di pusat kesehatan di Beni, Kongo bagian Timur.
Foto: AP Photo/Al-hadji Kudra Maliro
Petugas medis ebola bekerja di pusat kesehatan di Beni, Kongo bagian Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Wabah ebola yang menyebar di wilayah Republik Demokratik Kongo (RDK) semakin banyak menelan korban jiwa. Menteri Pembangunan Internasional dari Inggris Raya, Rory Stewart, menilai status wabah ebola perlu menjadi perhatian global.

Stewart menuturkan, dampak yang ditimbulkan wabah ebola di RDK sangat memprihatinkan. Terhitung sejak Agustus tahun lalu, kematian akibat ebola di RDK sudah mencapai 1.625 jiwa.

Baca Juga

Dengan menyandang status kedaruratan global, Stewart mengatakan RDK akan mendapatkan bantuan dana yang lebih besar untuk mengakhiri wabah ebola. Sayangnya, usulan untuk menjadikan wabah ebola di RDK sebagai kedaruratan global ditolak oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Meski situasi di RDK memprihatinkan, WHO tercatat sudah menolak usulan 'kedaruratan global' ini sebanyak tiga kali. WHO harus menolak usulan tersebut karena adanya kesulitan ekonomi.

Terkait hal ini, Stewart mengajak negara-negara lain untuk ikut berperan dan memberi bantuan dana kepada RDK. Stewart mengajak negara-negara lain untuk ikut membantu karena wabah ebola di RDK bisa menjadi ancaman kesehatan dunia bila dibiarkan berlarut-larut.

"Kunjungan saya ke wilayah timur RDK semakin memperkuat pandangan saya mengenai betapa pentingnya respon kita terhadap krisis ini. Ini sangat, sangat nyata," ujar Stewart seperti dilansir Daily Mail.

Stewart mengatakan ebola merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia. Akan ada bahaya yang nyata bila wabah ebola ini menjadi tidak terkontrol.

"Ebola bisa menyebar ke luar perbatasan RDK menuju ke wilayah dan dunia yang lebih luas. Penyakit seperti ebola tidak mengenal batas dan merupakan ancaman untuk kita semua," terang Stewart.

Inggris sendiri sudah berperan aktif dalam menyalurkan dana bantuan untuk mengatasi wabah ebola di RDK. Meski enggan mengungkapkan jumlah dana yang dikucurkan, Stewart mengatakan dana yang diberikan Inggris memiliki kontribusi cukup besar dalam menekan angka kematian akibat ebola di RDK.

Bantuan dana yang besar sangat dibutuhkan agar strategi vaksinasi cincin bisa terus berlanjut. Vaksinasi cincin merupakan strategi imunisasi yang paling efisien untuk mengatasi wabah ebola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement