REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani di Gedung Putih pada Selasa (9/7). Peningkatan kerja sama bilateral menjadi fokus dari pertemuan mereka.
Menurut Sheikh Tamim, dia menandatangani kesepakatan senilai lebih dari 185 miliar dolar AS. Salah satu kesepakatan itu adalah tentang pembelian pesawat Boeing 777 Freighters oleh Qatar Airways.
Pada kesempatan itu, Trump mengapresiasi Qatar karena telah membiayai proses perluasan Pangkalan Udara Al Udeid. “Mereka membangun salah satu pangkalan militer besar yang akan saya katakan di mana saja di dunia. Itu baru saja diperluas dengan landasan pacu dan yang lainnya,” kata Trump, dikutip laman Asharq Al-Awsat.
Al Udeid merupakan pangkalan udara AS yang berada di Qatar. Sebelumnya mantan komandan pasukan udara komando sentral AS Jenderal Charles Wald mendesak Trump untuk memberitahu Sheikh Tamim bahwa dia akan kehilangan pangkalan Al Udeid jika tidak memutuskan hubungan dengan Iran.
Menurut Gald, pangkalan udara tersebut memang memiliki kegunaan strategis. Misalnya, memungkinkan pesawat AS melancarkan misi atau operasi ke Afghanistan. “Namun adalah bahaya yang ditimbulkan Iran yang membuat saya menyerukan agar Pangkalan Udara Al Udeid ditutup jika Qatar tak mengubah perilakunya,” ujarnya.
“Dalam iklim saat ini, di mana Iran dituduh menyerang kapal tanker minyak asing dan pesawat nirawak AS serta telah mengumumkan akan mempercepat pekerjaan pada program nuklirnya, Qatar harus memilih, ia dapat mempertahankan pangkalan udara AS atau hubungannya dengan Teheran,” kata Wald.
Menurut beberapa pejabat AS, saat bertemu Trump, Sheikh Tamim menawarkan diri untuk memediasi AS dengan Iran. Seorang pejabat Gedung Putih mengakui hubungan antara Doha dan Teheran. Namun, kemampuan Qatar untuk memainkan peran efektif dalam rangka meredakan ketegangan dinilai masih belum bisa diandalkan.