Kamis 11 Jul 2019 10:11 WIB

Saat Hujan Menyapu Kamp Pengungsi Rohingya

Lebih 500 ribu anak-anak Rohingya membutuhkan bantuan kemanusiaan di Cox's Bazar.

Suasana kamp pengungsi Rohingya Balukhali, Bangladesh,
Foto: Altaf Qadri/AP
Suasana kamp pengungsi Rohingya Balukhali, Bangladesh,

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Rizky Jaramaya

Hujan lebat turun dalam beberapa hari terakhir di kamp pengungsi warga Rohingya yang berada di Bangladesh. Hujan itu membuat kegiatan belajar-mengajar 60 ribu anak-anak Rohingya di kamp pengungsian terganggu.

Kamp-kamp pengungsi Rohingya terpaksa dipindahkan ke tempat yang lebih aman karena berisiko terkena banjir dan tanah longsor. "Kondisi di kamp-kamp dan komunitas tuan rumah memburuk dengan cepat karena cuaca yang sangat buruk. Kebutuhan kemanusiaan di sini akan tumbuh dalam beberapa hari mendatang karena hujan deras masih terjadi," kata penjabat perwakilan Unicef Bangladesh, Alain Balandi Domsam, dilansir Anadolu Agency, Rabu (10/7).

Sejauh ini lima pusat belajar anak-anak yang didukung Unicef telah rusak parah dan lebih dari 750 telah rusak sebagian. Sementara itu, 12 pusat perlindungan anak, 47 titik distri busi air, dan lebih dari 600 jamban juga rusak akibat hujan deras.

Domsam mengatakan, lebih dari 500 ribu anak-anak Rohingya membutuhkan bantuan kemanusiaan di Cox's Bazar. Etnis Rohingya telah menghadapi ketakutan yang meningkat sejak kekerasan komunal pada 2012 yang menewaskan belasan orang.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Mereka melarikan diri setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

photo
Sejumlah anak Rohingya bermain di Kamp Pengungsi Rohingya di Propinsi Sittwe, Myanmar.

Sementara itu, laporan Ontario International Development Agency (OIDA) menyebutkan, sejak serangan pada Agustus 2017 tersebut hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan Myanmar. Dalam laporan OIDA berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap"disebutkan bahwa lebih dari 34 ribu Muslim Rohingya tewas dalam kebakaran, sementara 114 ribu lainnya dipukuli.

Selain itu, sekitar 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar. Lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga melaporkan adanya pemerkosaan massal dan pembunuhan, termasuk terhadap bayi dan anak-anak. Selain itu, terjadi pemukulan yang sangat masif dan penghilangan nyawa yang dilakukan oleh pasukan Negara Myanmar. Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan, pelanggaran tersebut meru pa kan kejahatan terhadap kemanusiaan. (ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement