REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Menteri luar negeri negara-negara Eropa menggelar pertemuan di Brussels, Belgia, Senin (15/7). Mereka mendiskusikan cara-cara untuk mempertahankan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang kini mulai retak.
“Eropa harus bersatu dalam masalah ini,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada awak media sesaat sebelum menghadiri pertemuan di Brussels. Dia sebelumnya memang telah menyuarakan potensi konflik antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, kedua negara sama-sama telah mengambil pendekatan buruk dalam menyelesaikan permasalahan kesepakatan nuklir. Dia mengaku menyayangkan keputusan Iran melakukan pengayaan uranium hingga melampaui ketentuan yang diatur dalam JCPOA.
“Fakta bahwa Iran telah memutuskan menarik diri dari beberapa keterlibatannya dalam proliferasi nuklir adalah kekhawatiran tambahan. Ini adalah keputusan buruk, reaksi buruk terhadap keputusan buruk lainnya, yakni penarikan AS dari kesepakatan nuklir setahun yang lalu,” ujarnya.
Le Drian berpendapat Iran tak akan memperoleh keuntungan dengan menangguhkan satu per satu keterikatannya dalam JCPOA. AS juga tak akan mendapatkan apa pun jika Iran berhasil memiliki senjata nuklir. “Jadi penting bahwa langkah-langkah deeskalasi diambil untuk mengurangi ketegangan,” kata dia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt meyakini masih ada waktu untuk menyelamatkan JCPOA. “Iran masih tahun yang baik untuk mengembangkan bom nuklir. Masih ada beberapa penutupan, tapi jendela kecil untuk menjaga kesepakatan tetap hidup,” ujarnya.
Saat ditanya apakah negara kekuatan Eropa akan berupaya menghukum Iran karena telah melanggar kewajibannya dalam JCPOA, termasuk pengayaan uranium yang melampaui batas, Hunt mengatakan akan berusaha mempertemukan para pihak terlibat untuk membahasnya. “Ada sesuatu yang disebut komisi bersama, yaitu mekanisme yang diatur dalam kesepakatan, yang terjadi ketika satu pihak berpikir pihak lain telah melanggar perjanjian itu,” ucapnya.
Kendati demikian, Hunt turut menyuarakan ketidaksetujuannya dengan cara atau pendekatan AS dalam menangani masalah JCPOA. “Apa yang AS tahu adalah bahwa kami menanggap mereka sekutu terdekat kami, kami percaya aliansi antara Inggris dan AS telah menjadi dasar perdamaian dan kemakmuran global selama 75 tahun terakhir, tapi rekan-rekan terkadang tidak setuju,” kata Hunt.
“Ini adalah salah satu kesempatan yang sangat jarang terjadi ketika kami tidak setuju, tapi itu tidak berarti kita tidak dapat bekerja sangat dekat dengan mereka dalam mengejar perdamaian,” ujar Hunt.