REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Banjir yang melanda India, Nepal, dan Bangladesh telah menyebabkan sedikitnya 100 orang meninggal. India merupakan salah satu yang terdampak cukup parah.
Di Negara Bagian Assam dan Bihar, India, sekitar 4,3 juta orang telah mengungsi dalam 10 hari terakhir. Siaran televisi menunjukkan jalan dan jalur kereta api di Bihar telah terendam. Warga mengungsi dengan membawa barang-barangnya di atas kepala.
Di Assam, banjir diperparah dengan luapan Sungai Brahmaputra, yang mengalir turun dari Himalaya ke Bangladesh. “Situasi banjir telah berubah sangat kritis dengan 31 dari 31 kabupaten yang terdampak. Kami sedang mengerjakan pijakan untuk menghadapi situasi banjir,” kata Kepala Menteri Assam Sarbananda Sonowal, Senin (15/7).
Assam, yang dikenal karena industri tehnya, dilanda banjir musiman setiap tahun. Pemerintah negara bagian dan federal telah menghabiskan jutaan rupee untuk pengendalian banjir di sana.
Badan meteorologi India telah memperkirakan hujan masih akan meluas di Assam dan Bihar selama dua hari ke depan. Hal itu direspons dengan mengerahkan personel militer dan paramiliter, tak hanya ke Bihar dan Assam, tapi ke seluruh negara bagian guna melakukan operasi penyelamatan dan bantuan.
Di Nepal, hujan lebat telah menyebabkan 64 orang tewas. Kebanyakan dari mereka meninggal karena tanah longsor. Hingga kini sebanyak 31 warga masih dilaporkan hilang.
Sedangkan banjir di Nepal telah mulai surut. “Analisis kami adalah bahayanya sudah berakhir sekarang karena ketinggian air telah turun,” kata asisten administrator distrik Sunsari, Chiranjibi Giri.
Di Bangladesh, banjir telah memaksa 190 ribu warganya mengungsi. Cox’s Bazar, sebuah wilayah yang kini menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya, lebih dari 100 orang dilaporkan terlantar.
Sejak awal Juli, Bangladesh dilanda hujan lebat berintensitas tinggi. Menurut Human Rights Watch, banjir dan tanah longsor telah mengakibatkan ribuan tempat penampungan di kamp-kamp pengungsi Rohingya rusak atau hancur.