REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut) mengatakan Amerika Serikat (AS) tampaknya melanggar janji tidak menggelar latihan militer dengan Korea Selatan (Korsel). Korut mengatakan latihan militer tersebut membuat perundingan nuklir terancam bahaya.
Presiden AS Donald Trump sempat mengatakan setuju membuka kembali perundingan dengan Korut yang sempat terhenti. Ia menggelar pertemuan dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un pada bulan lalu.
Trump mengulangi pernyataannya ia tidak merasa tertekan untuk membuat kesepakatan secepatnya. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan Washington telah mengingkari 'komitmen secara sepihak'. Hal itu membuat Pyongyang mempertimbangkan kembali komitmen mereka menghentikan uji coba senjata nuklir dan rudal balistik interkontinental (ICBM).
"Penghentian uji coba nuklir dan ICBM kami dan penangguhan latihan militer bersama AS, semuanya dimaksudkan meningkatkan hubungan bilateral, itu semua bukan dokumen legal yang tertulis di atas kertas," kata Korut, Rabu (17/7).
Dalam pernyataan yang dipublikasikan KCNA, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut menuduh Washington dan Seoul terus melakukan latihan militer gabungan selama musim panas di Dong Maeng. Mereka disebut sedang 'latihan perang'.
"Kami akan merumuskan keputusan kami dalam membuka pembicaraan level menengah sambil mengawasi langkah AS selanjutnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut tersebut.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS mengatakan Korsel dan AS sedang mempersiapkan program latihan gabungan 'rutin'. Tapi menyatakan latihan ini untuk memfasilitasi diplomasi.
"Bekerja dengan (Korsel), dalam program latihan ini disesuaikan untuk menjaga kesiapan dan mendukung upaya diplomatik. Latihan gabungan rutin ini menunjukan komitmen Amerika Serikat kepada aliansi Korsel-AS dan mempertahankan semenanjung Korea melalui kegiatan yang meningkatkan kesiapan," kata Letnan Kolonel Dave Eastburn.