Kamis 18 Jul 2019 14:20 WIB

Donald Trump Intensifkan Serangan Rasialis demi Politik

Serangan rasialis ke anggota kongres minoritas menjadi kunci strategi politik Trump.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Dari kiri ke kanan, anggota Kongres perempuan AS yang merupakan warga keturunan Rashida Tlaib dari daerah pemilihan Michigan, Ilhan Omar dari Minnesota, Ayanna Pressley dari Massachusetts, dan Alexandria Ocasio-Cortez dari New York merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai mereka dalam konferensi pers di Capitol, Washington, Senin (15/7).
Foto: AP Photo/J. Scott Applewhite
Dari kiri ke kanan, anggota Kongres perempuan AS yang merupakan warga keturunan Rashida Tlaib dari daerah pemilihan Michigan, Ilhan Omar dari Minnesota, Ayanna Pressley dari Massachusetts, dan Alexandria Ocasio-Cortez dari New York merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai mereka dalam konferensi pers di Capitol, Washington, Senin (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan serangannya ke empat anggota non-kulit putih House of Representative perempuan. Hal itu menunjukkan serangan tersebut menjadi kunci strateginya untuk memenangkan pemilihan presiden 2020. 

Walaupun Partai Demokrat mengkritik komentarnya terhadap empat anggota Kongres dari kelompok minoritas sebagai pernyataan rasialis, Trump terus menyerang mereka. Ia mengatakan mereka diperbolehkan untuk meninggalkan AS jika mereka tidak menyukai kebijakannya dalam isu imigrasi dan membela Israel. 

Baca Juga

"Jadi para anggota Kongres ini, komentar mereka membantu memicu bangkitnya sayap kiri yang berbahaya dan militan," kata Trump di depan pendukungnya di North Carolina, negara bagian yang menjadi kunci kemenangannya dalam pemilihan presiden AS tahun depan, Kamis (18/7). 

Dalam sepekan terakhir komentar Trump terhadap empat anggota Kongres yakni Ilhan Omar, Alexandria Ocasio-Cortez, Rashida Tlaib, dan Ayanna Pressley yang kini dikenal sebagai 'the skuad' di Twitter telah memicu kemarahan Partai Demokrat. Ia mengatakan empat perempuan minoritas itu untuk kembali ke negara asal mereka. 

Padahal, empat perempuan sayap liberal-progresif Partai Demokrat itu warga negara AS. Tiga di antaranya lahir di Amerika Serikat. 

Salah satu sumber yang dekat dengan Trump mengatakan serangan itu untuk membuat Demokrat seakan-akan telah menjadi kiri. Sebelum pemilihan presiden pada November 2020 mendatang, Trump berusaha mendorong pemilih ke pihaknya. 

"Saat kami semakin dekat dengan siklus tahun 2020 dia mencoba untuk membuat mereka menjadi wajah Partai Demokrat dan ia mencoba untuk mendorong mereka menjadi kelompok pinggiran sejauh mungkin jadi mematikan pemilih jalan tengah mereka," kata sumber tersebut. 

Trump menceritakan masa lalu Omar, yang lahir di Somalia dan imigrasi ke Amerika Serikat sejak kecil. Para pendukungnya berteriak 'Kirim dia kembali'. 

"Malam ini saya punya saran untuk ekstremis penuh kebencian yang terus-menerus mencoba untuk menghancurkan negara kami, mereka tidak pernah mengatakan hal baik, jadi itu mengapa saya katakan 'Hei jika tidak suka, biarkan mereka pergi, biarkan mereka pergi," kata Trump.

Dari 90 menit pidatonya, Trump menghabiskan seperlimanya untuk mengkritik empat anggota Kongres perempuan itu. Para pendukungnya menanggapi dengan antusias. 

Mantan wakil Presiden Joe Biden yang maju sebagai calon kandidat presiden 2020 menentang pernyataan Trump tersebut. "Para anggota Kongres ini, anak-anak imigran, seperti banyak dari kami, mereka adalah contoh apa yang membuat Amerika hebat," kata Biden di Twitter.  

Dalam pembukaan pidatonya di North Carolina itu, Trump juga mencela Biden dan calon kandidat presiden Partai Demokrat lainnya. Ia berulang kali menyebut Senator Elizabeth Warren sebagai 'Pocahontas', menggunakan kontroversi Warren yang sempat mengatakan ia keturunan suku asli Amerika.

Serangan Trump di Twitter, awalnya membuat kesal penasihat-penasihatnya. Mereka melihat itu sudah sangat keterlaluan. 

Tapi dua orang penasihatnya mengatakan sejak itu Trump menawarkan pandangan yang bertolak belakang. Ia membuat pandangan politik empat anggota Kongres perempuan itu adalah sosialis, di luar pandangan umum, dan penuh kebencian. 

"Jika rakyat Amerika harus memilih antara the skuad dan presiden, maka itu akan menjadi keputusan yang mudah," kata salah satu penasihatnya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement