Jumat 19 Jul 2019 09:57 WIB

Iran Tawarkan Langkah Redakan Ketegangan dengan AS

Pemerintahan Trump telah memperketat sanksi terhadap Iran.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Budi Raharjo
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Iran memberi isyarat bahwa mereka bersedia mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan atas program nuklirnya dengan pemerintahan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Kamis (18/7).

 

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada wartawan di New York, bahwa Teheran akan lebih terbuka dari program nuklirnya jika Washington mencabut sanksi ekonominya. Tawaran yang digambarkan Zarif sebagai langkah besar, disambut dengan respons yang hangat.

 

"Presiden telah berulang kali mengatakan dia bersedia untuk melakukan percakapan dengan para pemimpin Iran. Jika Iran ingin membuat isyarat serius, itu harus dimulai dengan mengakhiri pengayaan uranium segera," kata seorang pejabat senior pemerintahan menyatakan dilansir VOA, Jumat (19/7).

 

Pemerintahan Trump telah memperketat sanksi terhadap Iran setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir multilateral 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

 

Washington berusaha memaksa Teheran untuk menyetujui batas yang lebih ketat pada kapasitas nuklirnya. Kemudian juga menghentikan program rudal balistiknya dan mengakhiri dukungan untuk pasukan proksi dalam perebutan kekuasaan regional dengan negara-negara Arab Teluk Persia yang didukung oleh AS.

 

Pada Kamis, Zarif mengisyaratkan langkah-langkah yang bersedia diambil Teheran. Mengacu pada langkah terbaru dalam peningkatan pengayaan uranium, Zarif mengatakan itu bisa saja dikembalikan. "Kami tertarik pada substansi," kata dia.

 

Memuncaknya konflik langsung antara AS-Iran telah meningkat pada Mei. Ini termasuk beberapa serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk Persia, Iran menjatuhkan drone pengawasan AS, dan rencana serangan udara AS ke Iran bulan lalu namun dibatalkan Trump pada menit akhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement