REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mengatakan keprihatinannya perihal perebutan tanker berbendera Inggris oleh Iran di Selat Hormuz. Pemilik kapal tanker bernama Stena Impero mengatakan mereka tidak dapat menghubungi kapal.
Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt telah memperingatkan konsekuensi serius, jika situasinya tidak diselesaikan dengan cepat. Sementara Iran menyatakan kapal itu melanggar aturan maritim internasional.
Stena Impero ditangkap pada Jumat (19/7) oleh Pengawal Revolusi Iran. Kapal tanker itu dikelilingi oleh empat kapal dan helikopter sebelum menuju ke perairan Iran.
Hunt menggambarkan penyitaan itu sebagai hal yang tidak dapat diterima, dan mengatakan kebebasan navigasi harus dijaga. "Kami tidak melihat opsi militer. Kami mencari cara diplomatik untuk menyelesaikan situasi ini," kata Hunt dilansir BBC, Sabtu (20/7).
Kantor berita Iran, IRNA, mengatakan tanker disita setelah bertabrakan dengan kapal penangkap ikan, dan gagal menanggapi panggilan dari kapal yang lebih kecil. Pemilik kapal mengatakan sepenuhnya mematuhi peraturan dan berada di perairan internasional saat didekati. Disebutkan tidak ada yang dilaporkan cedera diantara 23 anggota awak dari India, Rusia, Latvia dan Filipina.
Perkembangan terbaru datang di tengah memburuknya hubungan antara Iran dan Inggris serta Amerika Serikat (AS). Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat tajam pada April, saat Amerika memperketat sanksi yang telah diterapkan kembali pada Iran. Sanksi diberikan setelah AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Tidak seperti AS, pemerintah Inggris tetap berkomitmen pada JCPOA, yang mengekang kegiatan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. Namun, Inggris membuat marah Iran setelah Marinir Kerajaannya membantu menangkap sebuah kapal tanker Iran di perairab Gibraltar awal bulan ini.
Pada Jumat, Gibraltar memberikan perpanjangan 30 hari untuk memungkinkan pihak berwenang terus menahan kapal tanker itu. Kapal yang diduga membawa minyak ke Suriah itu ditahan karena melanggar sanksi Uni Eropa (UE) terhadap Suriah. Sebagai balasan atas penyitaan Grace 1, Iran mengancam akan merebut sebuah kapal tanker minyak Inggris.