REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pusat Studi Tahanan Palestina (PCHR) menyatakan jumlah warga Palestina di Yerusalem yang ditangkap oleh Israel mengalami peningkatan yang signifikan sejak awal tahun ini. PCHR bahkan menyebut ada lebih dari 900 kasus penangkapan terjadi di sekitar Yerusalem selama semester pertama tahun ini.
Juru Bicara PCHR, yang juga merupakan peneliti pada institusi tersebut, Riyad Al-Ashqar, menuturkan penangkapan yang hanya terjadi di Yerusalem merupakan sepertiga dari total penangkapan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki selama paruh pertama tahun ini.
Dilansir dari laman Middle East Monitor, Sabtu (20/7), PCHR mencatat total ada 2.600 kasus penahanan. Angka ini menunjukkan adanya target yang jelas untuk mencegah orang-orang Palestina di Yerusalem dalam melindungi situs-situs suci dan mempertahankan Masjid Al-Aqsa.
Al-Ashqar juga menyatakan, kampanye penangkapan terbesar yang menargetkan orang-orang Yerusalem terjadi pada Februari, ketika Gerbang Emas (Bab Al-Rahma) dibuka untuk para jamaah.
Saat itu lusinan orang ditangkap termasuk para pemimpin nasional dan ulama, yaitu Sheikh Abdul Azim Salhab, Kepala Dewan Awqaf Yerusalem dan wakilnya, Najeh Bkerat. Sheikh Raed Dana dipindahkan dari Al-Aqsa selama enam bulan. Direktur Masyarakat Penjara Palestina (PPS) di Yerusalem, Nasser Qaws, ditangkap.
Al-Ashqar juga menekankan, penangkapan tersebut menargetkan berbagai kelompok orang-orang Yerusalem di semua desa, kota, dan lingkungan kota. Daerah Al-Issawiya adalah yang paling terpengaruh oleh penangkapan ini - berjumlah 295 - diikuti oleh 130 di Shu'afat, 120 di Silwan, 105 di Kota Tua dan 65 di kompleks Al-Aqsa.