Ahad 21 Jul 2019 07:19 WIB

Raja Salman Setujui Penempatan Pasukan AS di Arab Saudi

Raja Salman setuju penempatan pasukan AS dengan alasan keamanan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden AS, Donald Trump (kiri) bersama Raja Salman (kanan)
Foto: Arab News
Presiden AS, Donald Trump (kiri) bersama Raja Salman (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyetujui penempatan pasukan AS di negaranya untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas regional. Hal ini dilaporkan kantor berita negara tersebut, SPA, yang dikutip Reuters pada Sabtu (20/7).

Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi langkah tersebut dalam sebuah pernyataan. Departemen itu mengatakan bakal mengerahkan pasukan dan sumber daya ke Arab Saudi untuk melakukan upaya pencegahan tambahan dalam menghadapi ancaman yang dapat muncul.

Baca Juga

Langkah penempatan AS di Arab Saudi ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran di Teluk yang berdampak pada pasar minyak global. Keputusan untuk menjadi tuan rumah pasukan AS bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam pertahanan keamanan dan stabilitas regional.

"Dan untuk menjaga perdamaiannya," demikian laporan SPA, dengan mengutip seorang pejabat Departemen Pertahanan AS, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Trump menganggap Arab Saudi sebagai mitra penting di Timur Tengah dan menyeimbangkan pengaruh Iran.

Seorang pejabat AS berbicara dengan syarat anonim soal penempatan pasukan di Arab Saudi. Dia mengungkapkan, pengerahan ini akan mencakup sekitar 500 personel militer AS di Arab Saudi, dan merupakan bagian dari peningkatan jumlah pasukan AS di Timur Tengah yang diumumkan Pentagon bulan lalu.

Pada Juni lalu, Pentagon mengatakan akan mengerahkan 1.000 tentara ke Timur Tengah tetapi tidak mengatakan ke mana mereka akan pergi. Hubungan antara Washington dan Teheran memburuk tahun lalu ketika Presiden Donald Trump membatalkan perjanjian nuklir 2015 antara kekuatan dunia dan Iran.

Di bawah pakta itu, Iran setuju untuk membatasi kerja nuklir, yang sejak lama dilihat oleh Barat sebagai kedok untuk mengembangkan senjata nuklir, sebagai imbalan atas pencabutan sanksi. Tapi sanksi tersebut diberlakukan kembali, dan sangat merugikan ekonomi Iran.

Pada Jumat kemarin, Iran mengumumkan telah menangkap sebuah kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz, tetapi di sisi lain membantah pernyataan Washington bahwa Angkatan Laut AS telah menjatuhkan sebuah pesawat tanpa awak Iran di dekatnya awal pekan ini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement