Ahad 21 Jul 2019 08:20 WIB

AS-Korsel Tetap Gelar Latihan Gabungan

Korut melihat latihan gabungan itu melanggar kesepakatan Trump-Kim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
 Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)
Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)

REPUBLIKA.CO.ID, ASPEN -- Pejabat pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengatakan latihan gabungan Amerika Serikat-Korsel akan digelar bulan depan, sesuai dengan rencana yang telah dijadwalkan sebelumnya. Menteri Rencana Perdamaian Korsel Choi Jung-kun membantah tuduhan Korea Utara (Korut) yang menyatakan latihan tersebut melanggar kesepakatan.

Korut melihat latihan gabungan itu melanggar kesepakatan yang dibuat Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un. "Sifat dari latihan ini tidak ofensif, dan untuk memperkuat persekutuan," kata Choi di forum strategis tahunan Aspen Institute, Ahad (21/7).

Baca Juga

Choi mengatakan latihan gabungan tersebut sebagian besar dilakukan dengan simulasi komputer bukan pasukan di lapangan. Pada Selasa (16/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan dalam pertemuannya dengan Kim bulan lalu Trump menegaskan kembali akan menghentikan latihan bersama dengan Korsel.

Juru bicara tersebut mengatakan keputusan AS untuk melanjutkan latihan gabungan jelas merupakan pelanggaran kesepakatan di Singapura tahun lalu. Juru bicara itu mengatakan simulasi perang itu membahayakan negosiasi nuklir AS-Korut.

Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan pola Washington 'melanggar komitmen mereka secara sepihak' membuat Pyongyang unggul dengan komitmen mereka menghentikan uji coba misil dan rudal nuklir. Pada awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membantah tuduhan Pyongyang.

Berbicara di konferensi Aspen, Choi mengatakan AS harus akan berbicara dengan pemerintahnya jika Trump setuju untuk menunda latihan gabungan. Tapi tidak ada pembicaraan tentang hal itu.

"Sejauh yang saya tahu, Presiden Trump tidak berjanji membatalkan latihan militer yang akan datang, jika ia melakukan itu kami sudah berbicara dan mengaturnya dan menggunakannya dengan sangat strategis," kata Choi.

Ia mencatat AS dan Korsel sudah pernah menunda latihan gabungan skala-besar dan membatalkannya sekali lagi menjelang pertemuan di Singapura pada Juni 2018. Saat itu, Trump mencoba membujuk Kim untuk menghentikan program pengembangan senjata nuklir dan membongkar senjata tersebut.

Pertemuan kedua antara Trump dan Kim Februari lalu gagal menghasilkan kesepakatan. Di bulan berikutnya militer AS dan Korsel mengumumkan akan menggelar latihan gabungan skala kecil. Pyongyang selalu mengannggap latihan gabungan AS-Korsel itu sebagai persiapan perang.

Meski latihan militer gabungan kerap tertunda, Choi mengatakan kesiapan militer AS dan Korsel dalam menjalankan operasi bersama belum berkurang. "Sebagai catatan, interoperabilitas militer tidak pernah dikompromikan," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement