REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan telah menahan satu tanker minyak berbendera Inggris di Selat Hormuz, Sabtu (20/7). Alasannya, kapal itu terlibat dalam satu kecelakaan.
Inggris menolak alasan itu dan menyebut tindakan tersebut sebagai perbuatan bermusuhan. Tindakan Garda Revolusi Iran itu terjadi dua pekan setelah Inggris menyita satu tanker Iran yang dituduh melanggar sanksi terhadap Suriah.
Hal itu dipandang oleh Barat sebagai peningkatan militer setelah tiga bulan konfrontasi yang membawa Iran dan AS ke jurang perang. Kantor berita Iran, Fars, mengatakan pasukan elite Garda Revolusi telah menguasai Stena Impero pada Jumat setelah kapal tersebut bertabrakkan dengan kapal penangkap ikan Iran, yang seruan daruratnya tidak diacuhkan.
Kantor berita Iran yang mengutip Kepala Pelabuhan dan Organisasi Maritim di Provinsi Hormozgan di Iran Selatan, Allahmorad Afifipour mengatakan kapal yang tidak membawa muatan itu dibawa ke Pelabuhan Bandar Abbas di Iran selama peristiwa itu diselidiki. Kapal tersebut akan tetap berada di sana bersama 23 anggota awaknya. Sebanyak 18 diantara mereka berkebangsaan India.
Kantor berita setengah resmi Tasnim menyiarkan video mengenai kapal itu melego sauh di laut dan namanya terlihat jelas. Di London, Menteri Pertahanan Inggris Penny Mordaunt menyebut peristiwa tersebut perbuatan yang bermusuhan. Kantor Urusan Luar Negeri memanggil Kuasa Usaha Iran untuk mengadakan pertemuan darurat.
Prancis dan Jerman bergabung dengan Inggris dalam mengutuk penangkapan itu. Selat itu, antara Iran dan Jazirah Arab, adalah satu-satunya jalan ke luar buat ekspor sebagian besar minyak Timur Tengah.
Penangkapan tersebut membuat harga minyak naik tajam. Amerika Serikat, yang memperketat sanksi atas Iran pada Mei dengan tujuan menghentikan ekspor minyaknya secara keseluruhan, telah memperingatkan selama berbulan-bulan mengenai ancaman Iran terhadap kapal yang berlayar di selat itu.