REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran mendesak Inggris untuk menahan kekuatan politik domestik yang dapat meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Hal ini dinyatakan setelah Iran menahan kapal tanker berbendera Inggris, Stena Impero di Teluk. Inggris menyebut penangkapan kapal tersebut sebagai tindakan permusuhan.
"Pemerintah Inggris harus menahan kekuatan politik domestik yang dapat meningkatkan ketegangan antara Iran dan Inggris di luar masalah kapal. Ini sangat berbahaya dan tidak bijaksana pada waktu yang sensitif di kawasan ini," ujar utusan Iran untuk Inggris, Hamid Baeidinejad di akun Twitter-nya.
"Namun Iran tegas dan siap untuk skenario yang berbeda," ujar Baeidinejad menambahkan.
Penyitaan kapal tanker Inggris oleh Iran telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara yang merupakan pihak dalam kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015. Surat kabar Daily Telegraph melaporkan, London berencana memberikan sanksi kepada Iran setelah penyitaan kapal tanker tersebut.
Dalam sepucuk surat kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Inggris menyatakan bahwa, pasukan Iran mendekat ke kapal tanker tersebut di perairan teritorial Oman yang merupakan tempat hak lintas yang sah. Inggris menyatakan, penyitaan kapal tersebut merupakan tindakan yang ilegal.
Iran telah berulang kali mengancam akan menutup Selat Hormuz, jika tidak dapat mengekspor minyaknya karena sanksi. Namun, Iran tidak dapat melakukannya karena secara hukum Selat Hormuz merupakan bagian dari perairan teritorial Oman.
Oman mendesak Iran membebaskan kapal tanker Inggris, Stena Impero dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Oman juga menyerukan agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan persoalan ini secara diplomatik.
Kepala Organisasi Pelabuhan dan Maritim di Provinsi Hormozgan, Allahmorad Afifipour mengatakan, awal kapal Stena Impero dalam keadaan aman dan sehat. "Semua 23 awak kapal aman dan dalam kondisi sehat di Pelabuhan Bandara Abbas," ujarnya.
Afifipour mengatakan, kapal tanker yang disita tersebut berisiko bagi keselamatan maritim di Selat Hormuz, yang dilalui oleh seperlima kapal-kapal tanker yang menjadi pasokan global. Afifipour menambahkan, sesuai dengan aturan pihaknya akan menyelidiki masalah penyitaan tersebut.
"Kami diharuskan oleh peraturan untuk menyelidiki masalah ini. Durasi investigasi tergantung pada tingkat kerjasama oleh pihak-pihak yang terlibat," kata Afifipour.
Stena Bulk, pemilik kapal yang berbasis di Swedia sedang mempersiapkan permintaan resmi untuk mengunjungi awak yang berasal dari India, Latvia, Filipina, dan Rusia. Sementara, India telah meminta Iran untuk membebaskan 18 awak kapal dari negaranya.