REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Wartawan lepas Anadolu Agency meninggal dalam serangan udara Rusia di provinsi Idlib, Suriah barat laut pada Ahad (21/7) waktu setempat. Wartawan tersebut diidentifikasikan bernama Anas Diab (22 tahun) yang juga merupakan anggota White Helmets.
Diab yang pada awal usia 20 tahun berkontribusi pada kantor berita AFP, meninggal ketika melaporkan serangan udara Rusia di kota asalnya, Khan Sheikhun. "Diab sedang melakukan tugas jurnalistiknya di daerah yang sangat berbahaya," ujar Direktur White Helmets di Idlib, Mustafa Haj Youssef dilansir Anadolu Agency, Senin (22/7).
"Dia bekerja untuk membawa suara Idlib dan Suriah ke seluruh dunia," Youssef menambahkan. Tahun lalu, Diab sempat terluka dalam serangan udara rezim Suriah dan dikirim ke Turki untuk perawatan medis sangat tengah meliput.
White Helmets merupakan pekerja penyelamat di daerah pemberontak yang diberi nama sesuai dengan topi keras mereka. White Helmets mengatakan pihaknya berduka atas jatuhnya pahlawan Anas al-Diab, seorang sukarelawan dan aktivis media dengan Pusat Pertahanan Sipil Suriah di Idlib.
Seorang wartawan AFP melihat teman-teman dan keluarga berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal pada Diab, yang tubuhnya terbungkus kain putih. Ibu dan ayahnya, sesama jurnalis warga negara, dan petugas penyelamat menyaksikan Dian dimakamkan di kota Idlib. Hak itu dilakukan karena pengboman yang terus-menerus mencegahnya untuk dibaringkan di kota kelahirannya, Khan Sheikhun.
Kota Khan Sheikhun di selatan Idlib mengalami kekerasaan parah, yang memaksa ribuan orang meninggalkan ruma. "Tapi Diab memilih untuk tetap bersama rekan-rekan relawannya di Khan Sheikhun sampai hari ini," kata White Helmets.
Kepala White Helmets Raed al-Saleh mengatakan, Diab terbunuh ketika berusaha menunjukkan kepada dunia apa yang sedang terjadi di Suriah. "Ini kerugian besar," katanya dikutip Asia Times.
Sementara itu, kereta kargo menjadi sasaran sehingga hancur oleh serangan teroris pada Ahad. Sebab diduga membawa fosfat melalui Suriah tengah.
Kementerian Transportasi Suriah mengatakan, awak kereta mengalami cedera ketika kereta keluar dari rel di provinsi Homs. Kereta menumpahkan muatan dari dua mobil dan menyalakan api.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga melaporkan insiden tersebut. Menurut mereka, sebuah bom ditempatkan oleh orang tak dikenal di jalan setapak di sebelah timur Palmyra yang meledak ketika kereta lewat.
Beberapa hari terakhir, pasukan rezim dan pesawat tempur Rusia mengintensifkan serangan terhadap zona de-eskalasi di Suriah utara. Padahal, Turki dan Rusia sepakat September lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi akan secara tegas dilarang.
Lonjakan kekerasan di Suriah telah menewaskan lebih dari 630 warga sipil, menyebabkan puluhan ribu orang melarikan diri, dan merusak layanan fasilitas kesehatan. White Helmets mengatakan lima anggotanya telah tewas sejak dimulainya eskalasi serangan di Idlib.
Rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad menuduh Barat mengobarkan perang ekonomi melawan Suriah. Tak lama setelah konflik Suriah pecah pada 2011 dengan protes anti-rezim yang ditindas secara brutal, kekuatan Barat memberlakukan sanksi terhadap rezim Assad termasuk embargo bahan bakar.
Perang sejak itu menyeret kekuatan regional dan dunia termasuk sekutu rezim Rusia dan Iran. Akibatnya lebih dari 370 ribu orang meninggal dan jutaan orang terlantar.