Selasa 23 Jul 2019 07:21 WIB

Datangi Pemuja Hitler, Dubes Jerman Picu Kontroversi

Dubes Jerman datangi markas besar RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangh) di Nagpur

Rep: deutsche-welle/ Red:
Duta Besar Jerman Untuk India Picu Kontroversi Usai Kunjungi Organisasi Pemuja Hitler
Duta Besar Jerman Untuk India Picu Kontroversi Usai Kunjungi Organisasi Pemuja Hitler

"Kunjungan ke markas besar RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangh) di Nagpur dan pertemuan panjang dengan Sarsanghchalak (ketuanya) Dr Mohan Bhagwat. Didirikan pada tahun 1925, ini adalah organisasi sukarela terbesar di dunia - meskipun dinilai kontroversial sepanjang sejarahnya ..." demikian Walter J. Lindner, duta besar Jerman untuk India, menulis di akun Twitter miliknya, minggu lalu.

Lindner tidak tahu bahwa kunjungannya ke salah satu kelompok ekstremis Hindu paling kontroversial di India ini akan memicu reaksi besar di media sosial. Para analis liberal, jurnalis dan komentator politik pun mengkritik kunjungannya ke RSS.

"RSS tidak pernah merahasiakan kecintaannya pada Adolf Hitler. Baik Sarsanghchalak [kepala] pertamanya yaitu MS Golwalkar, maupun VD Savarkar yang dianggap sebagai salah satu pahlawan organisasi itu adalah pengagum Hitler, utamanya karena 'nasionalisme kulturalnya' dan tindakan penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi," ujar Sidharth Bhatia, editor pendiri situs berita The Wire.

RSS adalah kelompok payung organisasi Hindu yang menjadi inspirasi ideologis partai sayap kanan Bharatiya Janata (BJP) Perdana Menteri Narendra Modi.

RSS menampilkan dirinya sebagai organisasi budaya dan mendukung agenda nasionalistis Hindu di bawah panji-panji "Hindutva" atau "Kehinduan."

Didirikan tahun 1925, RSS hari ini memiliki 6 juta anggota aktif. Sebagian besar pemimpin BJP, termasuk Modi, tercatt memiliki sejarah panjang sebagai anggota relawan.

Petisi tuntut Lindner mundur

Pieter Friedrich, seorang analis ahli masalah Asia Selatan, memprakarsai petisi online menuntut pengunduran diri Lindner. Petisi tersebut menuduh kunjungan Lindner ke markas RSS sebagai tindakan yang "memaafkan" ideologi kelompok itu yang "terinspirasi oleh gerakan fasis."

"Kunjungan itu menyetujui (gerakan) paramiliter RSS beserta inspirasi ideologis dan institusional yang dilakukan oleh gerakan-gerakan fasis Eropa seperti Hitler di Jerman dan Mussolini di Italia," tulis petisi itu.

"Jerman tidak seharusnya dengan cara apa pun menunjukkan toleransi terhadap fasisme, terutama gerakan fasis seperti RSS, yang tercatat menunjukkan kekaguman dan berupaya mencontoh Nazi Jerman serta gerakan yang berafiliasi dengan fasisme lainnya," lanjut petisi itu.

Petisi ini juga meminta adanya intervensi dari Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Heiko Maas dalam masalah ini.

"Kami, yang bertanda tangan di bawah ini, menuntut agar Duta Besar Walter Lindner mengundurkan diri atau, jika tidak, ditarik kembali. Kami menuntut segera ada intervensi dari Kanselir Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Heiko Maas untuk mencapai tujuan ini," katanya.

Klarifikasi Lindner

Lindner pun membela diri dan mengatakan bahwa sebagai orang Jerman ia sadar akan sejarah RSS selama tahun 1930-an.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Hindu pada Sabtu (20/07), duta besar itu mengatakan kunjungannya ke markas RSS adalah bagian dari upaya untuk memahami "mosaik India."

Lindner juga mengatakan bahwa dia mengunjungi kota Nagpur untuk meninjau kemajuan proyek Metro yang didanai Jerman.

"Saya pergi untuk menambah pengetahuan tentang organisasi itu," kata Lindner. "Saya telah membaca artikel yang sangat negatif dan sangat positif tentang organisasi ini, mulai dari aktivitas sosial hingga tuduhan fasisme, dan saya ingin tahu secara langsung. Jadi saya mengajukan banyak pertanyaan kepada Bhagwat," kata Lindner kepada harian itu.

Sebuah 'preseden yang keliru'

Kunjungan Lindner dianggap tidak biasa karena sangat sedikit diplomat asing yang terlibat dengan RSS di muka publik.

"Kunjungan ini memberikan preseden yang keliru, utamanya karena intoleransi sosial sedang meningkat di India," ujar Sanjay Srivastava, sosiolog dari Institute of Economic Growth di New Delhi, mengatakan kepada DW.

"[Kunjungan] itu mengirimkan pesan yang menakutkan kepada minoritas India. Kebangkitan ideologi neo-Nazisme secara global, terutama dalam upaya untuk beraliansi dengan RSS guna mempromosikan tujuan-tujuan kejam supremasi, menimbulkan ancaman mengerikan bagi perdamaian dan harmoni seluruh dunia," ujar Arvin Valmuci dari Organisasi untuk Minoritas India (OFMI) dalam sebuah siaran pers.

Akan tetapi mantan menteri luar negeri India Lalit Mansingh membela Lindner dan mengatakan jika seorang diplomat dapat menghubungi "sebanyak mungkin orang" yang dia inginkan.

"Saya pikir itu adalah bagian dari tugas diplomatiknya (Lindner) untuk menjangkau orang. Apa ada pembatasan untuk bertemu pejabat RSS? Ini bukan organisasi yang dilarang," kata Mansingh kepada DW.

"Para diplomat India juga dapat bertemu dengan para pemimpin partai politik sayap kanan mana pun di Barat selama tidak ada pembatasan [untuk pertemuan semacam itu]," tambahnya.

Jerman adalah mitra dagang terpenting bagi India di Uni Eropa dan kedua negara ini diuntungkan dari hubungan diplomatik yang menyenangkan. (ae/vlz)

Reportase tambahan oleh Murali Krishnan, koresponden DW di New Delhi, India.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement