REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- India membantah bahwa Perdana Menteri Narendra Modi telah meminta bantuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk membantu menengahi persoalan wilayah Kashmir yang disengketakan dengan Pakistan. Kementerian Luar Negeri India menegaskan, tidak ada permintaan bantuan kepada AS dan semua masalah dengan Pakistan hanya dibahas secara bilateral.
"Saya ingin meyakinkan bahwa tidak ada permintaan oleh perdana menteri kepada presiden AS," ujar Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyan Jaishankar, Selasa (23/7).
Pada Senin (22/7) lalu, Trump mengatakan bahwa Modi telah memintanya untuk membantu menyelesaikan perselisihan yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Kashmir. Trump mengaku, dia dan Modi berbicara mengenai Kashmir sekitar dua pekan lalu.
"Jadi saya dengan Perdana Menteri Modi dua minggu lalu dan kami berbicara tentang hal ini dan dia benar-benar berkata, 'Apakah Anda ingin menjadi mediator, atau penengah?' "
"Saya bilang 'di mana?'. Dia (Modi) berkata, "Kashmir, karena ini telah berlangsung selama bertahun-tahun."
"Jika saya dapat membantu, saya ingin menjadi mediator," ujar Trump menurut transkip dari Gedung Putih, dilansir BBC.
Pakistan menyambut baik mediasi oleh pihak ketiga di Kashmir. Sementara, India menyatakan bahwa seharusnya masalah tersebut dibahas dan diselesaikan secara bilateral.
"Kami telah mendengar pernyataan (Presiden Trump). Tidak ada permintaan seperti itu. Sudah menjadi komitmen India bahwa semua masalah besar dengan Pakistan hanya dibahas secara bilateral. Setiap keterlibatan dengan Pakistan yakni untuk mengakhiri terorisme lintas perbatasan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Raveesh Kumar dalam cicitannya di Twitter.
Sementara itu, Politisi India Shashi Tharoor mengkritik pernyataan Trump. Tharoor berpendapat, dia tidak habis pikir dengan hal yang dibicarakan oleh Trump.
"Dia (Presiden Trump), entah belum diberi pengarahan, atau tidak mengerti apa yang dikatakan Modi," ujar Tharoor dalam akun Twitternya.
Sejak 1989, kekerasan dan perang di Kashmir telah menewaskan lebih dari 70 ribu orang. Kebuntuan militer pada Februari lalu telah meningkatkan ketegangan antara India dan Pakistan. India telah memerintahkan serangan ke kamp pelatihan teroris di Pakistan. Serangan tersebut dilakukan setelah terjadi serangan bom bunuh diri di Kashmir yang menewaskan 44 polisi paramiliter India.
Pada Senin lalu, Trump melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan di Gedung Putih. Trump melakukan tatap muka pertamanya dengan Khan dan melakukan perbincangan empat mata mengenai berbagai topik. Setelah itu, mereka melakukan konferensi pers.
Dalam konferensi, Khan ditanya apakah AS dapat membantu perselisihan antara India dan Pakistan di Kashmir. Kemudian, dia menjawab bahwa hanya AS yang dapat menyatukan dua negara.
"Hanya negara yang paling kuat yang dipimpin oleh Presiden Trump yang dapat menyatukan kedua negara," ujar Khan menurut transkip dari Gedung Putih.