Senin 22 Jul 2019 15:07 WIB

Qatar dan Kuwait Minta Ketegangan Selat Hormuz Diakhiri

Qatar dan Kuwait meminta semua pihak menahan diri di Selat Hormuz.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz, Sabtu (20/7).
Foto: Tasnim News Agency/via AP
Kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz, Sabtu (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Pemerintah Qatar dan Kuwait meminta semua pihak menahan diri agar ketegangan di Selat Hormuz tak kian meningkat. Hal itu menyusul penahanan kapal tanker Inggris oleh Iran pada Jumat pekan lalu.

“Qatar menekankan perlunya untuk segera menangani peristiwa-peristiwa ini dan karena menyatakan keprihatinan, Qatar meminta semua pihak menahan diri dan bekerja menuju jalan keluar yang damai,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataan pada Ahad (21/7), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Kuwait pun menyatakan keprihatinan atas perkembangan terbaru di Selat Hormuz. Ia menyerukan komunitas internasional untuk mempercepat upaya diplomasi guna meredakan ketegangan di kawasan tersebut.

Sementara, Arab Saudi meminta komunitas internasional mengambil tindakan terhadap Iran yang telah menyita dan menahan kapal tanker Inggris. “Setiap serangan terhadap kebebasan navigasi adalah pelanggaran hukum internasional,” ujar Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir melalui akun Twitter pribadinya.

Dia mengatakan penyitaan dan penahanan kapal tanker Inggris oleh Iran benar-benar tak dapat diterima. Pada Jumat pekan lalu, kapal tanker Inggris, Stena Impero, ditangkap Garda Revolusi Iran saat melintasi Selat Hormuz.

Menurut Menteri Luar Negeri Inggris, selain Stena Impero, Iran pun menahan kapal tanker berbendera Liberia. “Saya sangat prihatin dengan penyitaan dua kapal oleh otoritas Iran di Selat Hormuz, Saya akan segera menghadiri pertemuan COBR (Cabinet Office Briefing Rooms) untuk meninjau kembali apa yang kita ketahui dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengamankan pembebasan kedua kapal, kapal berbendera Inggris dan Liberia,” ujarnya.

Hunt menegaskan tindakan Iran tak dapat diterima. “Sangat penting bahwa kebebasan navigasi dijaga dan bahwa semua kapal dapat bergerak dengan aman dan bebas di wilayah tersebut,” ucapnya.

Pada 4 Juli lalu, Marinir Kerajaan Inggris diketahui menangkap dan menahan kapal tanker Iran, Grace 1, di Selat Gibraltar. Grace 1 diduga hendak mengirim pasokan minyak ke Suriah yang tengah berada di bawah sanksi Uni Eropa.

Awalnya Grace 1 akan dibebaskan dua pekan setelah penangkapan. Namun Mahkamah Agung Gibraltar telah memperpanjang masa penahanannya hingga satu bulan ke depan.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan akan merespons tindakan Inggris yang telah menahan Grace 1. Dia menilai hal itu sebagai sebuah pembajakan.

“Inggris melakukan pembajakan dan mencuri kapal kami serta memberikannya penampilan yang legal. Iran dan mereka yang percaya pada sistem kami tidak akan membiarkan perbuatan jahat seperti itu tak terjawab,” kata Khamenei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement