REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Rabu (24/7), menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas pemadaman listrik kedua yang meluas tahun ini. Pemadaman listrik membuat sebagian besar negara Amerika Selatan itu dalam kegelapan di tengah kampanye oposisi untuk menggulingkan Maduro.
Dilansir Voice of America, Kamis (25/7), Pemadaman listrik terbaru melanda Venezuela pada jam sibuk Senin lalu. Hal itu berdampak pada layanan dasar seperti ponsel, lampu dan air, serta menghentikan operasional kereta bawah tanah Caracas.
Maduro mengatakan AS meluncurkan serangan elektromagnetik berteknologi tinggi untuk melemahkan pemerintahannya. Akan tetapi, ia tidak memberikan perincian atau bukti yang menghubungkan kegagalan daya listrik ke AS.
Pada Maret, ia menyalahkan sabotase AS atas pemadaman listrik nasional yang berlangsung hampir sepekan yang dianggap sebagai kegagalan pembangkit listrik terburuk negara dalam sejarahnya. Sementara, lawan Maduro menyalahkan pemadaman pada korupsi dan pemeliharaan yang tidak memadai di bawah dua dekade pemerintahan sosialis, yang diluncurkan oleh mantan Presiden Hugo Chavez.
Para pejabat Venezuela juga mengatakan AS dua kali dalam pekan lalu telah mengirim pesawat mata-mata ke wilayah udaranya. Dalam satu kasus, sebuah jet tempur Venezuela mencegatnya, yang menurut para pejabat AS menempatkan awak pesawat dalam bahaya dan mengancam misinya saat terbang di wilayah udara internasional.
Venezuela merupakan negara minyak yang sebelumnya kaya raya. Negara itu kemudian terjebak dalam krisis politik dan ekonomi yang telah menyebabkan sedikitnya empat juta penduduk melarikan diri akibat kekurangan makanan dan obat-obatan.
Ketegangan antara Venezuela dan AS meningkat tahun ini. Hal itu setelah AS menjadi yang pertama kali, di antara banyak negara, mengumumkan dukungannya kepada pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido. Pemilihan kembali Maduro dianggap Guaido sebagai penipuan. Guaido menyebut perannya sebagai pemimpin Majelis Nasional memberinya kekuatan untuk menggulingkan Maduro dan mengadakan pemilihan baru.
Sementara itu, Kuba mengatakan rencana AS untuk menggulingkan Maduro adalah sebuah kegagalan. Kuba terus mendukung Maduro untuk pemimpin Venezuela. AS telah menjatuhkan sanksi baru pada Kuba agar mengurangi dukungannya untuk Maduro.
Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez pada Rabu setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menyatakan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sedang berusaha untuk menyamarkan kegagalan rencana AS untuk campur tangan di Venezuela dengan alasan fitnah dan tidak dapat dipercaya. "Kerja sama Kuba dengan Republik Bolivarian Venezuela tidak tergoyahkan," kata dia.