Seorang wanita asal Sunshine Coast di Queensland, Australia, menyerahkan data rekening banknya kepada "pacar online" yang mengaku berasal dari Amerika Serikat. Rekening itu belakangan dipakai untuk menampung dana hasil pencurian senilai 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 60 miliar.
Polisi setempat menjelaskan, wanita berusia 60 tahun itu mau saja mengikuti perintah "pacarnya" untuk mengambil 330 ribu dolar AS atau Rp 3 miliar dari dana tersebut.
Menurut Detektif Daren Edwards, setelah mengambil uang tersebut, wanita ini kemudian membeli sebuah mobil baru seharga 134 ribu dolar AS. Setelah itu, katanya, wanita ini disuruh mentransfer 2 juta dolar AS dari rekening tersebut kepada "pacarnya".
Polisi menangkap wanita ini hari Selasa (23/7/2019). Dalam pemeriksaan, dia menjelaskan mulai berkenalan dengan "pacarnya" yang mengaku sebagai pria AS di situs kencan online 18 bulan lalu.
Selama "pacaran" itu, katanya, dia telah mengirimkan uangnya sendiri ke "pacarnya" senilai 100.000 dolar AS.
"Pacar" tersebut tidak lain adalah kelompok penipu yang berbasis di Afrika Selatan. Mereka memanfaatkan wanita Australia ini untuk dipakai rekeningnya menampung dana hasil kejahatan online.
Komplotan ini berhasil membobol sebuah perusahaan di Korea Selatan senilai 6 juta dolar AS yang kemudian ditransfer ke rekening wanita Australia itu pada 11 Juni lalu. Modus operandi komplotan penipu daring ini yaitu dengan meretas email perusahaan dan mengubah detail rekening bank pada transaksi yang telah disetujui.
Pihak berwajib dan bank berhasil menahan dana tersebut, namun tidak utuh lagi, yaitu tinggal 5,7 juta dolar. Detektif Edwards menjelaskan, wanita itu telah melepaskan hak kepemilikan atas mobil yang baru dia beli, sehingga barang bukti itu kini disita polisi.
Wanita itu mengaku, saat "berkencan" dia diperlihatkan SIM dan paspor AS dari "pacarnya". Dia, katanya, bahkan melakukan percakapan online mereka.
Ketika polisi mendengarkan bukti rekaman itu, Detektif Edwards langsung memastikan, "pacar" tersebut jelas-jelas bukan orang AS, dari logat bahasa Inggrisnya. Dia mengatakan, seharusnya orang jangan gampang tertipu dalam berinteraksi dengan seseorang di luar negeri melalui situs kencan. "Ini jelas suatu kebodohan," kata Detektif Edwards.
"Jika Anda mengirim satu dolar kepada seseorang tanpa bisa memastikan mereka itu nyata atau tidak, tanpa bisa bertemu langsung, jelas Anda sedang menuju bencana," tambahnya.
Simak berita dunia lainnya di situs ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.