REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- The World Intellectual Property Organization (WIPO) melunucurkan Global Innovation Index (GII) dalam pertemuan di New Delhi, India, Rabu (24/7). Dalam laporan indeks tersebut, WIPO menyebut Swiss sebagai negara paling inovatif di dunia.
"Indeks menunjukkan kepada kita bahwa negara-negara yang memprioritaskan inovasi dalam kebijakan mereka telah melihat peningkatan yang signifikan dalam peringkat mereka," kata Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry, dikutip laman UN News.
Tahun ini, laporan GII difokuskan pada masa depan inovasi medis dengan bagian perawatan kesehatan yang terpisah. Hal ini membahas cara-cara bagaimana kecerdasan buatan atau artificial intelligence, genomika, dan aplikasi kesehatan berbasis ponsel akan mengubah penyampaian layanan kesehatan.
Secara keseluruhan, indeks tahun ini menemukan bahwa, terlepas dari perlambatan ekonomi global, inovasi tetap berkembang, terutama di Asia. Namun gangguan perdagangan serta proteksionisme menempatkan hal itu dalam risiko.
"Peningkatan GII oleh kekuatan ekonomi seperti Cina dan India telah mengubah geografi inovasi dan ini mencerminkan tindakan kebijakan yang disengaja untuk mempromosikan inovasi," ujar Gurry.
India merupakan negara cukup menonjol perkembangan inovasinya. Di GII, posisinya melonjak lima peringkat sehingga berhasil menempati 50 negara paling inovatif di dunia.
Dalam dalam laporan GII tercantum pula kekhawatiran tentang pengeluaran publik untuk penelitian dan pengembangan masih mandek, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi. Padahal dana, sebagai elemen utama dalam penelitian dasar untuk inovasi masa depan, sangat dibutuhkan.
WIPO telah menerbitkan GII selama 12 tahun terakhir. Laporan itu dirancang untuk membantu para pembuat kebijakan lebih memahami kegiatan inovasi. WIPO memandang inovasi sebagai pendorong utama pembangunan ekonomi dan sosial.
GII telah menjadi alat tolok ukur terkemuka untuk eksekutif bisnis, pembuat kebijakan, dan mereka yang mencari wawasan tentang keadaan inovasi di seluruh dunia. Inovasi di setiap negara dinilai dengan menggunakan 80 indikator, dari tingkat investasi penelitian, hingga pembuatan aplikasi gawai dan ekspor teknologi tinggi.