REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengatakan, rudal balistik yang diluncurkan pada Kamis (25/7) lalu merupakan peringatan bagi Korea Selatan (Korsel) untuk berhenti mengimpor senjata, dan melakukan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS). Pemimpin Korut Kim Jong-un menyaksikan uji coba rudal balisktik jarak pendek tersebut secara langsung.
"Kita tidak bisa tidak mengembangkan sistem senjata super-kuat nonstop untuk menghilangkan potensi, dan ancaman langsung terhadap keamanan negara kita yang ada di selatan," kata Kim, menurut kantor berita negara KCNA, Jumat (26/7).
Dalam pernyataan publik, Pyongyang telah menunjukkan rasa kekecewaan bahwa Korsel belum menindaklanjuti kerja sama ekonomi maupun perjanjian damai seperti yang telah dijanjikan. Korsel justru mengimpor pesawat tempur siluman F-35 dan melakukan latihan militer gabungan bersama AS.
Laporan KCNA tidak menyebutkan bahwa uji coba rudal tersebut bertujuan untuk menekan AS maupun Presiden Donald Trump. Tetapi, Kim mengkritik pihak berwenang Korsel karena telah melakukan latihan militer gabungan, yang dijanjikan oleh Trump akan berakhir setelah pertemuannya dengan Kim pada Juni 2018.
Surat kabar pemerintah Korut, Rodong Sinmun menunjukkan foto-foto peluncuran rudal tersebut. Kim menyaksikan peluncuran rudal balistik itu melalui teropong, sambil tersenyum dan bertepuk tangan dengan para pejabat lain yang mendampinginya.
Kim mengatakan, uji coba rudal tersebut adalah peringatan serius bagi Korsel. Dia menuding Korsel telah melakukan transaksi ganda karena mereka mendukung perdamaian, namun secara bersamaan mengimpor senjata baru dan melakukan latihan militer.
"Pemimpin Korea Selatan harus menghentikan tindakan bunuh diri dan tidak boleh membuat kesalahan dengan mengabaikan peringatan itu," kata Kim.
Kim mengaku puas dengan respons cepat dan lintasan senjata rudal yang rendah. Menurutnya, hal ini akan mempersulit penyadapan.
Korut menuduh Washington telah melanggar janji tersebut, dan berencana mengadakan latihan militer bersama Korut pada bulan depan. Managing Director di 38 North, sebuah proyek yang mempelajari Korut, Jenny Town mengatakan, pernyataan Korut sangat jelas diarahkan kepada Seoul dan juga mengirimkan sinyal ke Washington.
"Pada tingkat tertentu, Korut memberikan tekanan maksimum pada Korsel dan AS," ujar Town.
Seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS), Jeffrey Lewis mengatakan, berdasarkan foto-foto yang dirilis oleh Korut, rudal balistik yang diluncurkan pada hari Kamis serupa dengan rudal yang ditembakkan pada Mei lalu. Lewis mengatakan, dalam uji coba pada Kamis, salah satu rudal terbang lebih jauh. Hal itu menunjukkan kemungkinan bahwa Korut telah membuat beberapa modifikasi.