Sabtu 27 Jul 2019 06:39 WIB

Dua Warga Singapura Ditahan karena Berniat Gabung ISIS

Salah satu warga Singapura itu terpapar radikalisasi secara daring.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu sudut Kota Singapura.
Foto: AP
Salah satu sudut Kota Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura dalam pernyataan persnya mengatakan dua warganya telah ditahan karena niat mereka bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Penahanan tersebut berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA).

Pada Kamis (25/7), MHA mengumumkan, warga Singapura Kuthubdeen Haja Najumudeen (36 tahun) dan Suderman bin Samikin (47) ditahan dalam dua kasus terpisah. Penyelidikan di bawah Internal Security Act (ISA) masing-masing pada Mei dan Juli 2019.

Baca Juga

Kedua orang itu telah diradikalisasi dan berencana bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah. Haja adalah pengikut Zahran Hashim, seorang pengkhutbah radikal Sri Lanka yang berada di belakang pembantaian Ahad Paskah di Sri Lanka pada 21 April 2019.

Zahran juga menjadi salah satu pelaku bom bunuh diri. Lebih dari 250 orang tewas dan 500 lainnya terluka dalam pengeboman itu. Haja telah mengikuti ajaran Zahran secara online dan telah berkomunikasi dengan Zahran baik secara virtual maupun melalui kunjungan pada 2015 dan 2016. Dia juga memberikan uang kepada kelompok Zahran, National Thowheed Jamaath (NTJ).

"Investigasi tidak memunculkan indikasi Haja terlibat atau memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan teroris 21 April 2019 di Sri Lanka," kata MHA mengutip Independent melalui siaran pers.

Sejak 2013 dan seterusnya, ketika radikalisasi Haja dimulai, ia mendukung apa yang disebut kekhalifahan ISIS. Ia menonton video kekerasan mereka secara online.

Pada 2015, ia mulai berencana melakukan perjalanan ke Suriah, tetapi berubah pikiran karena takut mati di sana. Akan tetapi dia masih terus mendukung ISIS.

Adapun Suderman bin Samikin teradikalisasi setelah terpapar ajaran almarhum ideolog Alqaidah, Anwar al-Awlaki enam tahun lalu. "Dia segera mengakui ideologi kekerasan ISIS dan pada Februari 2014 bersiap mengangkat senjata untuk bertarung bersama ISIS di Suriah, dengan keyakinan dia akan menjadi martir jika dia mati saat melakukan hal itu," ujar Suderman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement