REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Delegasi tingkat tinggi dari Myanmar berada di distrik Cox's Bazar di Bangladesh selatan untuk menggelar pembicaraan repatriasi dengan para pengungsi Rohingya, Sabtu (27/7).
Direktur jenderal di Kementerian Luar Negeri Bangladesh, Md Delwar Hossain mengatakan, tujuan dari kunjungan pada Sabtu yakni untuk berbicara dengan para pengungsi Rohingya dalam meyakinkan mereka untuk kembali ke negara asalnya.
Delegasi beranggotakan 15 orang dari Nay Pyi Taw, dipimpin oleh sekretaris tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar, Myint Thu. Mereka mengadakan pertemuan empat jam dengan para pemimpin masyarakat, termasuk wanita, dari komunitas pengungsi.
Pada Sabtu, ratusan Rohingya berkumpul di pusat lokasi delegasi Myanmar bertemu dengan para pemimpin Rohingya, tetapi dibubarkan oleh polisi Bangladesh.
"Kami datang ke sini untuk bertemu dengan delegasi Myanmar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan kami, tetapi kami tidak diizinkan untuk bertemu mereka," kata seorang pengungsi Rohingya, Safari Alam, dilansir Aljazirah, Ahad (28/7).
Lebih dari 700 ribu Rohingya terpaksa melarikan diri dari Rakhine utara di Myanmar barat setelah tindakan keras militer brutal pada 2017. PBB mengatakan, serangan itu termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan dengan niat genosida.
Pengungsi berlindung di puluhan kamp di Cox's Bazar Bangladesh. Banyak yang masih mengkhawatirkan keselamatan mereka jika kembali ke Myanmar.
Tanvir Chowdhury dari Aljazirah, yang melaporkan dari kamp mengatakan Rohingya memiliki beberapa tuntutan mendasar sebelum mereka mempertimbangkan untuk kembali ke Myanmar. "Seseorang harus diakui sebagai etnis Rohingya, mendapat kewarganegaraan, dan memiliki jaminan keamanan oleh masyarakat internasional," katanya.
Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen mengatakan, ia berharap pemulangan akan dimulai pada September.