REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi melakukan pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah II di Kairo, Senin (29/7). Mereka bertemu untuk membahas upaya mengakhiri konflik Palestina-Israel.
Dilaporkan laman The Times of Israel, dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantor kepresidenan Mesir, Sisi mengatakan para pemimpin Mesir dan Yordania telah sepakat tentang pentingnya upaya intensif untuk melanjutkan pembicaraan damai. Mereka menekankan pembicaraan harus mematuhi solusi dua negara.
Hal itu dikarenakan solusi dua negara telah lama diterima secara internasional sebagai dasar untuk solusi konflik Israel-Palestina. Dalam konteks ini, Palestina menjadi negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Pertemuan antara Sisi dan Raja Abdullah dilakukan menjelang rencana kunjungan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner ke Timur Tengah. Kunjungannya ke sana adalah mempromosikan kembali rencana perdamaian, termasuk konflik Israel-Palestina.
Bulan lalu, Amerika Serikat telah menghelat konferensi ekonomi bertajuk “Peace for Prosperity” di Manama, Bahrain. Dalam kegiatan tersebut, Kushner merilis rencana perdamaian Israel-Palestina bagian pertama yang telah lama dinanti dunia Arab.
Dalam rencana itu, Kushner berupaya menghimpun dana investasi sebesar 50 miliar dolar AS untuk Palestina dari sejumlah negara dan investor. Dana tersebut diharapkan dapat membantu perekonomian Palestina yang macet.
Namun, rencana itu menuai kritik keras dari Yordania dan Palestina. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan menolak rencana tersebut karena tak memenuhi tuntutan politik negaranya.
"Uang itu penting. Ekonomi penting. Tapi politik lebih penting. Solusi politik lebih penting," kata Abbas.
AS memang belum merilis aspek politik dari rencana perdamaian untuk Israel-Palestina. Kushner diperkirakan akan mengumumkan hal itu dalam kunjungannya mendatang.