REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Para pejabat negara pada Senin (29/7) menyampaikan, Bangladesh berada dalam cengkeraman wabah demam berdarah terburuk di negara itu. Rumah sakit dan media sosial dibanjiri dengan permohonan donor darah.
Delapan orang telah meninggal dan ada 13.637 kasus penyakit sepanjang tahun ini. Hampir 1.100 orang kebanyakan dari mereka anak-anak, didiagnosis dalam 24 jam terakhir.
"Jumlah ini adalah yang tertinggi sejak kami mulai mencatat pasien demam berdarah hampir dua dekade lalu," kata pejabat Departemen Kesehatan Ayesha Akter, dilansir dari laman Straits Times, Selasa (30/7).
Media lokal melaporkan bahwa jumlah korban bisa jauh lebih tinggi, dan surat kabar Amader Shomoy mengatakan setidaknya 30 orang telah meninggal karena demam berdarah tahun ini.
Ibu kota Dhaka menjadi yang paling parah dilanda, meski sudah berupaya melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk Aedes. Binatang yang mampu menyebarkan penyakit menghancurkan seperti demam berdarah, zika dan chikungunya.
Demam berdarah, yang menyebabkan gejala seperti flu, bisa mematikan jika berkembang menjadi demam berdarah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada vaksin atau obat khusus apa pun untuk mengobati demam berdarah.
Dari rumah sakit besar di Dhaka terlihat pasien berbaring di lantai dan di koridor saat mereka menunggu perawatan. Menurut direktur jenderal AKM Nasir Uddin, rumah sakit terbesar di negara itu, Dhaka Medical College Hospital (DMCH) telah merawat 1.858 pasien demam berdarah bulan ini.
"Kami telah membuka pos khusus untuk pasien demam berdarah," kata dia.
Dokter telah bekerja lembur untuk mengatasi jumlah pasien yang besar. "Fasilitas kami terlalu padat dan kewalahan. Kami berjuang untuk mengatasinya," kata seorang petugas medis di Rumah Sakit Mitford di Dhaka.
Ada laporan bank darah berjuang untuk memenuhi kebutuhan pasien yang sakit parah, dengan permohonan untuk darah diluncurkan di media sosial seperti Facebook.
Seorang ibu mengatakan dia khawatir tentang putrinya yang sakit, berusia empat tahun. "Dokter telah melakukan semua yang bisa mereka lakukan. Yang saya lakukan sekarang adalah meminta bantuan kepada Allah," kata Nasima Khatun.