REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina menyampaikan protes diplomatik terhadap China, karena adanya laporan bahwa lebih dari 100 kapal penangkap ikan Cina terlihat berada di sekitar pulau yang dikelola Filipina di Laut Cina Selatan, Rabu (31/7).
Dilansir Aljazirah, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin membuat pengumuman di media sosial pada Rabu (31/7). Hal itu terjadi tak lama setelah penasihat keamanan nasional negara itu, Hermogenes Esperon Jr, mengungkapkan bahwa 113 kapal penangkap ikan China terlihat mengerumuni pulau Pag-asa antara 24 dan 25 Juli.
Esperon mengatakan, ia merekomendasikan pengajuan protes terhadap China, tetapi pemerintah tidak yakin dengan motivasi keberadaan kapal-kapal China. Filipina dan China berebut wilayah di Laut China Selatan.
Locsin mengatakan dia mendasarkan keputusannya pada intelijen militer. Locsin berada di Bangkok untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri dari Asia Tenggara serta Amerika Serikat (AS) dan China.
Adapun Pag-asa, juga dikenal sebagai Thitu, merupakan daratan terbesar kedua di kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Filipina, China, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam memiliki klaim atas wilayah maritim yang luas dan kaya sumber daya tersebut. Wilayah itu mencakup lebih dari tiga juta kilometer persegi.
Perkembangan baru-baru ini terjadi setelah sebuah laporan bahwa kapal perang China telah melewati pulau Tawi-Tawi di Filipina selatan dari Februari. Kapal tersebut datang tanpa memberi informasi pada otoritas Filipina.
Pada Juni, para nelayan Filipina menuduh kapal China menabrak dan menenggelamkan kapal mereka di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina di daerah yang disebut Laut Filipina Barat. Sementara pada April, terungkap pula bahwa China telah memanen kerang raksasa secara massal.