Rabu 31 Jul 2019 15:55 WIB

Iran Ancam Kembali Kurangi Komitmennya di Perjanjian Nuklir

Iran mendesak Eropa melindungi negaranya dari sanksi AS.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan pada televisi pemerintah Rabu (31/7), negaranya akan kembali mengurangi komitmen dalam perjanjian nuklir internasional atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) jika Eropa tidak melindungi Iran dari sanksi Amerika Serikat (AS). Iran ingin Eropa bertindak memastikan negara itu dapat menjual minyak dan menerima pendapatan. 

"Dalam keadaan saat ini dan jika tidak ada tindakan yang diambil (oleh orang Eropa) kami akan mengambil langkah berikutnya (dalam memangkas komitmen)," kata Mohammad Javad Zarif.

Baca Juga

Iran telah mengatakan akan mengurangi komitmennya terhadap JCPOA secara bertahap. Bahkan, Iran mungkin menarik diri dari pakta tersebut kecuali jika Eropa menemukan cara untuk melindungi ekonominya dari sanksi AS.

Sebelumnya, Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi mengatakan kepada anggota parlemen pada Ahad (28/7), bahwa Iran akan memulai kembali kegiatan reaktor nuklir air berat di Arak. Pernyataan tersebut dilaporkan oleh kantor berita ISNA.

ISNA mengutip seorang anggota parlemen yang menghadiri pertemuan itu. Air berat dapat digunakan dalam reaktor untuk menghasilkan plutonium, bahan bakar yang digunakan dalam hulu ledak nuklir.

Pada Mei, Iran mengumumkan langkah-langkah yang direncanakan untuk melanggar perjanjian nuklir JCPOA, setelah Amerika  menarik diri dari kesepakatan setahun lalu. Iran menuduh pemerintah Presiden AS, Donald Trump mengobarkan perang ekonomi terhadapnya, dengan kampanye untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol.

Pada 3 Juli, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Teheran akan meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya dan mulai menghidupkan kembali reaktor air berat di Arak setelah 7 Juli. Hal itu akan terjadi jika negara-negara dalam pakta nuklir tidak melindungi perdagangan dengan Iran yang dijanjikan dalam perjanjian itu.  

Sebelumnya, AS juga telah membatalkan serangan udara terhadap Iran pada menit terakhir bulan lalu, setelah Teheran menembak jatuh pesawat tak berawak AS. Washington turut menyalahkan Iran karena serangkaian serangan terhadap kapal tanker di Teluk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement