REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Teheran menolak penawaran Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo untuk datang ke Iran. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut tawaran Pompeo itu 'sikap yang munafik'.
"Anda tidak harus datang ke Iran," kata Zarif di sela rapat Kabinet, Rabu (31/7).
Pernyataan itu ditujukan langsung kepada Pompeo. Ia menyarankan Pompeo memberikan visa kepada wartawan Iran untuk datang ke AS dan mewawancarainya. Zarif menuduh Pompeo menolak permintaan tersebut.
"Kami tidak takut Zarif datang ke Amerika dimana ia menikmati hak berbicara dengan bebas, faktanya rezim (Ayatollah Ali Khamenei) begitu buruk dia tidak dapat membiarkan saya melakukan hal yang sama di Teheran. Bagaimana jika rakyatnya mendengar kebenaran, tanpa disaring, tanpa dijembatani?," cicit Pompoe pada Senin (29/7).
Ketegangan antara AS-Iran semakin meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tahun 2018 lalu. Ia juga memberlakukan kembali sanksi kepada Iran yang sempat ditangguhkan setelah JCPOA ditandatangani enam kekuatan dunia.
AS juga meningkatkan kehadiran militernya di Teluk Persia. Di saat yang sama Iran secara terbuka melanggar ketetapan dalam JCPOA dengan meningkatkan produksi dan level uranium yang diperkaya.
Pemerintah Trump mengatakan kebijakannya terhadap Iran bertujuan agar Teheran bersedia mengubah perilaku mereka di kawasan. Bukan menggulingkan pemerintahan saat ini.
Zarif relatif moderat dalam sistem yang politik yang diawasi ulama. Ia arsitek dari perjanjian nuklir 2015.
AS dan Iran memutus semua hubungan diplomatik setelah revolusi Iran pada 1979. Tapi AS masih mengizinkan pejabat Iran datang ke New York untuk berkunjung ke markas pusat PBB.