Sabtu 03 Aug 2019 08:37 WIB

Pro Kontra Pembangunan Sebuah Mesjid di Australia

Kontroversi pembangunan tempat ibadah juga terjadi di Australia.

Red:
abc news
abc news

Tampaknya pembangunan rumah ibadah baru seringkali menjadi bahan kontroversi di banyak negara termasuk di Indonesia dan Australia.

Kontroversi pembangunan mesjid di Australia

Di Indonesia, yang sering menjadi bahan pemberitaan adalah rencana pembangunan gereja yang ditentang oleh masyarakat sekitar dan kemudiannya dibatalkan pemerintahan setempat.

Misalnya, berita terbaru mengenai pembatalan ijin pembangunan gereja Pantekosta Sedayu di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta karena adanya protes dari warga.

Di Australia, yang menjadi berita justru rencana pembangunan mesjid yang kadang juga mendapat tentangan dari masyarakat setempat dengan berbagai alasan.

Minggu lalu di negara bagian Victoria, ada dua rencana pembangunan mesjid yang disetujui, satu mendapat pemberitaan secara nasional, sedang yang lain hanya diberitakan secara lokal.

Berita terbesar adalah kehadiran Menteri Utama Victoria Daniel Andrews dalam peletakan batu pertama pembangunan mesjid di Bendigo yang sebelumnya pernah diprotes warga dan sempat tertunda selama 6 tahun sebelum akhirnya mulai dibangun.

Rencana pembangunan mesjid di Bendigo, yang terletak sekitar 153 km dari Melbourne tersebut, memang lebih mendapat pemberitaan karena adanya protes berupa tindak kekerasan beberapa waktu lalu.

Berita yang lebih lokal adalah mengenai rencana pembangunan mesjid di kawasan pemukiman Forest Hill, sekitar 18 km dari pusat kota Melbourne.

Juga setelah mendapat keberatan dari warga dan sudah diajukan selama lima tahun ijin perbaikan gedung yang ada, akhirnya kota praja setempat Whitehorse Council menyetujui rencana pembangunan mesjid Forest Hill.

Sebenarnya warga Muslim di kawasan itu selama beberapa tahun terakhir sudah bisa melakukan kegiatan di lokasi yang sekarang masih berbentuk gedung lama. Gedung ini sebelumnya digunakan sebagai kantor pengurusan hal-hal berkenaan dengan kematian (funeral house).

 

Sekarang di lokasi di Forest Hill tersebut akan dibangun mesjid tiga lantai, yang akan memiliki tempat parkir untuk 19 kendaraan.

Ketika mempertimbangkan pengajuan ijin pembangunan mesjid tersebut, Whitehorse Council dilaporkan mendapatkan 39 keberatan, dengan tiga alasan utama yaitu mesjid tersebut tidak sesuai dengan karakter wilayah setempat, akan ada pembangunan terlalu besar di lokasi dan tidak ada cukup parkir di dalam wilayah mesjid.

Whitehorse Council pekan lalu menyetujui pembangunan mesjid di atas tanah seluas 1 hektar tersebut dengan kapasitas jemaah adalah 90 orang.

Berita persetujuan mesjid ini menjadi salah satu berita yang dimuat di mingguan lokal Whitehorse Leaders dan dalam terbitan minggu ini di halaman surat pembaca menjadi tema utama bagi pembaca untuk memberikan pandangan mereka.

Dari pantauan ABC Indonesia, Whitehorse Leaders memuat 13 pendapat yang dikirim pembaca, yang berasal dari warga yang tinggal di kawasan wilayah pemerintahan Whitehorse Council.

Inilah beberapa aspek yang mendapat sorotan dari pembaca.

Mengapa harus dibangun tiga lantai?

Seorang pembaca bernama Lee menulis dengan pertanyaan akhir mengapa mesjid tersebut tidak dibangun satu lantai saja, karena lahan yang luas menurutnya memungkinkan untuk tidak membangun gedung yang tinggi.

"Lokasinya 'kan luas, sehingga tidak diperlukan pembangunan gedung beberapa lantai. Kawasan Forest Hill sudah dirusak dengan bangunan apartemen yang tidak bagus bagi pemandangan. Sekarang kawasan semak-semak ini akan diwarnai dengan sebuah gedung tinggi." kata pembaca tersebut.

Namun pembaca lainya bernama Deanne Bell mengatakan bahwa mesjid tiga lantai ini tidak akan berbeda dengan beberapa apartemenn tinggi beberapa lantai yang sudah ada di kawasan Canterbury Road, jalanan utama di depan mesjid tersebut, yang juga berhadapan dengan salah satu pusat perbelanjaan besar, Forest Hill Chase.

Pembaca lain mempertanyakan apakah komunitas diberi kesempatan bersuara sebelum pembangunan mesjid disetujui.

"Dana yang ada mungkin lebih baik digunakan untuk hal lain. Sudah ada banyak gereja dan mesjid di kawasan sekitar."

"Mengapa tidak dibangun atau perbaikan rumah sakit dan rumah lansia saja." kata seorang pembaca lain.

Namun pembaca bernama Ellis mengatakan bahwa kontroversi mengenai pembangunan mesjid tersebut apakah akan terjadi bila yang dibangun adalah gereja.

"Bila yang akan dibangun adalah gereja berlantai tiga, apakah juga akan menjadi pemberitaan? Warga dari agama mana saja harus memiliki kebebasan untuk memiliki tempat untuk melakukan ibadah mereka." katanya.

Ikuti di sini berita-berita dari ABC Indonesia

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement