Jumat 02 Aug 2019 21:07 WIB

Jepang Hapus Korsel dari Mitra Dagang Favorit

Korsel berjanji akan tanggapi secara tegas keputusan Jepang hapus mitra dagang

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang demonstran Korea Selatan (Korsel) merobek foto Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di depan Kedubes Jepang di Seoul, Rabu (17/7). Protes dilakukan mengecam keputusan Jepang membatasi ekspor ke Korsel.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Seorang demonstran Korea Selatan (Korsel) merobek foto Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di depan Kedubes Jepang di Seoul, Rabu (17/7). Protes dilakukan mengecam keputusan Jepang membatasi ekspor ke Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Jepang telah menghapus Korea Selatan (Korsel) dari daftar mitra dagang pilihannya. Kabinet Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo pada Jumat (2/8) menyetujui rencana untuk menghapus Korsel dari daftar yang disebut "white countries" dengan status perdagangan favorit.

Dilansir dari Voice of America Jumat (2/8), Dimulai 28 Agustus, perusahaan-perusahaan Jepang harus meminta persetujuan kasus per kasus dari kementerian perdagangan Jepang. Ini dapat dilakukan sebelum mengirimkan produk-produk tertentu, yang dapat dialihkan untuk penggunaan militer, ke Korsel.

Baca Juga

Juru bicara kepresidenan Seoul, Ko Min-jung mengatakan, Korsel menyatakan penyesalan mendalam atas keputusan itu, dan menjanjikan tanggapan tegas. Pada bulan lalu Jepang membatasi ekspor bahan teknologi tinggi ke Korsel.

Bahan-bahan tersebut digunakan untuk memproduksi semikonduktor, dan tampilan di telepon pintar serta elektronik lainnya. Ini yang berfungsi sebagai tulang punggung ekonomi yang didorong oleh ekspor Korea Selatan.

Langkah-langkah Jepang secara luas dipandang sebagai pembalasan atas keputusan pengadilan Korsel yang baru-baru ini memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada warga Korea. Mereka sebelumnya  dipaksa bekerja selama pendudukan kolonial Jepang di Korea.

Sementara Tokyo menegaskan keputusan perdagangannya dimotivasi oleh masalah keamanan nasional. Mereka mengutip insiden yang melibatkan ekspor ke Kosel, tetapi tidak memberikan banyak detail.  Beberapa pejabat Jepang juga tampaknya mengaitkan keputusan itu dengan perselisihan historis.

Perang dagang antara Jepang dan Korsel masing-masing ekonomi terbesar ketiga dan ke-11 di dunia, akan memiliki konsekuensi yang luas. Ini bisa mengancam rantai pasokan teknologi global, karena Korsel memproduksi 70 persen dari chip memori dunia.

Seorang analis Jepang di kelompok konsultasi Teneo, Tobias Harris mengatakan, dampak ekonomi tergantung pada bagaimana tepatnya Jepang memutuskan untuk menegakkan pembatasannya. Saat Jepang memberlakukan pembatasan pertama pada perdagangan dengan Korsel bulan lalu, para pejabat di Tokyo menyiratkan begitu sulit bagi perusahaan Jepang untuk mengekspor produk yang terkena dampak ke Korsel.

"Kali ini, pengiriman pesan dari Tokyo sedikit kurang keras, dengan catatan, misalnya, ini hanya menempatkan Korea pada tingkat yang sama dengan mitra dagang Jepang lainnya di Asia," katanya.

"Sepertinya itu tidak akan menjadi embargo total sehingga membatasi dampak langsung pada perusahaan-perusahaan Jepang," ujar Harris.

Pejabat Amerika Serikat (AS) telah mendorong kedua belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan. Akan tetapi Washington enggan untuk terlalu terlibat dalam masalah yang terkait dengan sengketa sejarah Jepang dan Korea.

"Jepang dan Korea Selatan keduanya adalah hubungan yang sangat penting," kata Sekretaris Negara AS Mike Pompeo, yang berada di Thailand.

"Kami sangat berharap bahwa kedua negara akan bersama-sama menemukan jalan ke depan, cara untuk meredakan ketegangan yang telah meningkat diantara mereka selama beberapa pekan terakhir," kata Pompeo, yang mengatakan ia berencana untuk bertemu dengan para pemimpin negara dua negara pada Jumat.

Rossi Handayani 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement