REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah meminta pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah II. Namun permintaan itu ditolak.
Hal itu dilaporkan surat kabar Arab, al-Quds al-Arab, Sabtu (3/8). Selain bertemu, Netanyahu disebut ingin melakukan percakapan via telepon dengan Raja Abdullah. Tapi permintaan tersebut juga ditolak.
Seorang sumber di pemerintahan Yordania yang dikutip al-Quds al-Arab mengungkapkan, hubungan Israel dan Yordania memang sangat sulit. Hal itu disebabkan beberapa faktor, satu di antaranya kurangnya kemajuan dengan proposal perdamaian Amerika Serikat (AS) untuk konflik Israel-Palestina.
Raja Abdullah mendukung pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Namun, hal itu belum tampak dalam proposal perdamaian AS.
Al-Quds al-Arab pun melaporkan Raja Abdullah telah menyatakan tak tertarik untuk menghadiri Camp David Leaders Conference yang direncanakan AS. Sebab dia tidak yakin solusi untuk konflik Israel-Palestina dapat dicapai dalam kegiatan tersebut.
Harian Yahudi Ibrani, Yediot Ahronot, pada Rabu lalu melaporkan AS hendak menyelenggarakan pertemuan di Camp David pada September mendatang. Washington akan mengundang para pemimpin Arab untuk menghadiri kegiatan tersebut.
Dalam pertemuan itu, Presiden AS Donald Trump disebut akan menjabarkan solusi politik untuk konflik Israel-Palestina. Namun, Gedung Putih telah membantah laporan itu.
"Tidak ada konferensi tingkat tinggi yang saat ini telah direncanakan. Tim Timur Tengah akan melaporkan kembali kepada Presiden Donald Trump, Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, dan Badan Keamanan Nasional AS setelah kembali untuk membahas banyak potensi langkah selanjutnya untuk memperluas keberhasilan lokakarya Bahrain," kata Gedung Putih.