REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Ribuan mahasiswa dan wisatawan mengungsi dari Kashmir. Dengan alasan keamanan pemerintah India meminta wisatawan dan peziarah Hindu yang mengunjungi sebuah kuil di Himalaya untuk 'mengurangi masa tinggal mereka' di wilayah yang disengketakan itu.
Sementara ketegangan di Garis Kontrol yang memisahkah India dan Pakistan di Kashmir semakin memanas. Hal itu setelah Pakistan menuduh India menggunakan bom tandan untuk menyerang warga sipil dan membunuh dua orang.
Ribuan orang India dan wisatawan asing termasuk peziarah Hindu berkumpul di terminal utama bandara Srinagar untuk segera keluar dari daerah itu. Seorang petugas mengatakan tidak semua orang mendapatkan tiket tapi pihak berwenang sudah menambah jadwal penerbangan.
Pada Ahad (4/8), kantor berita the Press Trust of India (PTI) melaporkan angkatan udara India menerbangkan 364 wisatawan keluar dari Srinagar, pusat kota Khasmir. PTI menambahkan sudah ada 11.301 wisatawan yang meninggalkan kota itu sementara 1.652 orang masih tertahan di sana.
Para wisatawan dan peziarah juga menggunakan bus untuk keluar dari Kashmir setelah pihak berwenang mendatangi hotel-hotel di destinasi wisata di Pahalgam dan Gulmarg pada Jumat (2/8) sore, memberitahu mereka untuk pergi dari Kashmir.
Pihak berwenang India juga mengeluarkan ribuan mahasiswa India dari beberapa universitas di Srinagar. Perintah untuk keluar dari Kashmir menyebutkan 'situasi keamanan yang berlaku' dan 'laporan intelijen terbaru tentang ancaman teror dengan sasaran spesifik' terhadap peziarah Hindu menjadi alasan langkah ini.
Beberapa pemerintah juga mengeluarkan perintah larangan berpergian yang serupa. Pada Kamis (1/8), pemerintah India menunda ziarah selama empat hari dengan alasan cuaca buruk. Sejak 1 Juli dari 300 ribu orang melakukan ziarah ke kuil di Himalaya.
Perintah evakuasi semakin diintensifkan setelah India mengumumkan akan mengirimkan ribuan pasukan ke Kashmir. Ketegangan tersebut memicu kekhawatiran New Delhi berencana mencabut ketentuan yang diatur konstitusi yang melarang orang India dari luar Kashmir untuk membeli tanah di Kashmir.
Selama kampanye pemilihan umum awal tahun ini, Perdana Menteri Narendra Modi berjanji untuk mencabut hak-hak istimewa Kashmir dari konstitusi India. Sejak Jumat (31/7) ketegangan di wilayah itu semakin memanas.
Senjata polisi di Kashmir dilucuti dan militer India mengambilalih bangunan polisi. Sekolah-sekolah di wilayah itu juga ditutup. Pada Jumat malam, warga Srinagar dan kota-kota disekitarnya memadati toko bahan makanan dan obat, menimbun persedian makanan dan obat-obatan. Mereka antre di depan ATM untuk mengambil uang tunai dan di pom bensin untuk mengisi penuh bahan bakar kendaraan mereka. Tapi ketegangan mereda pada Sabtu, walaupun politisi dan warga Kashmir masih ingin tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi.