REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – India menjadi satunya-satunya ekonomi utama Asia yang pangsa ekspornya tumbuh sejak perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China dimulai pada 2018. Sebab, hubungan perdagangan India tercatat paling sedikit dengan China.
Meski demikian, India harus berhati-hati karena penerapan tarif AS yang baru dilakukan ke India telah membawa dampak. Dilansir di Gulf Times, Ahad (4/8), ekspor dunia India naik menjadi 1,71 persen pada kuartal pertama 2019. Sebelumnya, pada kuartal keempat 2017, pertumbuhannya hanya 1,58 persen. Di sisi lain, 10 negara pengekspor terbesar di Asia justru jatuh pada periode yang sama.
Salah satu penyebab kinerja ekspor India yang terus baik adalah mereka tidak terintegrasi ke dalam rantai pasokan manufaktur global seperti negara lain. Artinya, eksportir India terhindar dari ketegangan perdagangan di wilayah tersebut.
Faktor tersebut sudah disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral India Shaktikanta Das dalam sebuah wawancara baru-baru ini. “India bukan bagian dari rantai nilai global. Jadi, ketegangan perdagangan AS-Cina tidka berdampak pada India seperti halnya beberapa ekonomi lain,” katanya.
China merupakan pembeli barang terbesar dari Korea Selatan dan Jepang. Kedua negara tersebut mengalami penurunan ekspor dunia tertinggi di Asia. Sedangkan, bagi India, China merupakan pasar terbesar ketiga setelah AS dan Uni Emirate Arab (UEA).
Seorang profesor di Insitut Perdagangan Luar Negeri India di Delhi menjelaskan, India memiliki dua faktor keuntungan terbesar saat ini. "Jenis produk ekspor dan pasar kami cukup beragam," tuturnya.
Direktur jenderal dan kepala eksekutif Federasi Organisasi Ekspor India, Ajay Sahai, menjelaskan, ketegangan perdagangan antara AS dan China telah memberikan India kesempatan untuk menigkatkan ekspor ke kedua negara.
Tercatat, ekspor India ke AS tumbuh pada laju tercepat dalam enam tahun terakhir. Sementara itu, ekspor ke China juga melonjak hingga 31 persen. Angka tersebut menjadi laju pertumbuhan tahunan tertinggi kedua dalam lebih dari satu dekade, menurut data dari Kementerian Perdagangan India.
Sahai mengatakan, terjadi peningkatan akses terhadap produk-produk India ke China. Sebut saja beras, buah-buahan dan sayuran. Produk obat-obatan dan komponen mobil juga kini memiliki potensi lebih besar ke China. "China lebih bersedia memberikan akses ke pasar India dibandingkan sebelumnya," ucapnya.
Di sisi lain, ekspor India ke AS kemungkinan dapat kehilangan momentum. Presiden AS Donald Trump mengkritik India karena tarifnya untuk produk-produk AS. Ia juga menarik konsesi perdagangan atas berbagai barang India senilai 6,3 miliar dolar AS pada 1 Juni. India merespon kebijakan AS dengan tarif yang lebih tinggi pada sekitar 30 produk Amerika.
Apabila ketegangan perdagangan India dengan AS terus terjadi, kondisi ekonomi India dapat menurun. Hal itu sudah terlihat dari ekspor pada Juni 2019 yang mengalami penurunan 9,7 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu.