Ahad 04 Aug 2019 21:10 WIB

Iran Kembali Sita Kapal Tanker Komersial

Kapal itu ditahan di dekat Pulau Farsi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Israr Itah
Kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz, Sabtu (20/7).
Foto: Tasnim News Agency/via AP
Kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz, Sabtu (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Garda Revolusi Iran dilaporkan menyita sebuah kapal di Teluk Persia yang membawa bahan bakar selundupan. Penyitaan ini menjadi penyitaan ketiga yang dilakukan Iran terhadap kapal komersial dalam beberapa pekan terakhir. 

Stasiun televisi Iran dan kantor berita Fars melaporkan tujuh awak kapal kapal tersebut ditahan. Mereka menyebutkan kapal itu membawa 700 ribu liter bahan bakar selundupan dari Iran. Laporan media setempat tidak memberikan rincian atau bendera kapal tersebut. 

Fars melaporkan kapal itu ditahan di dekat Pulau Farsi. Lokasi Pangkalan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran. Pulau itu berada Teluk Persia di tengah Arab Saudi dan Iran, sebelah utara Selat Hormuz. 

"Kapal asing itu menerima bahan bakar dari kapal dan mengirimkannya ke negara-negara Arab Teluk Persia," kata Komandan Garda Revolusi Jenderal Ramazan Zihari, seperti dikutip Fars, Ahad (4/8). 

Dalam dua pekan terakhir Garda Revolusi sudah menyita tiga kapal komersil. Dua yang terakhir karena menyelundupkan bahan bakar. 

Armada Kelima Amerika Serikat (AS) yang bermarkas di Bahrain mengatakan tidak memiliki informasi untuk mengkonfirmasi laporan tersebut. Pakar pelacak maritim juga mengatakan mereka tidak memiliki informasi tentang insiden atau kapal tertentu. 

Pemerintah Iran mengkhawatirkan penyelundupan bahan bakar. Bulan lalu, media-media Iran melaporkan ada 8 juta liter bahan bakar bersubsidi Iran yang setiap harinya diselundupkan melalui perbatasan dengan negara lain untuk dijual dengan harga yang lebih mahal. 

Ketegangan di Selat Hormuz, jalur minyak antar Iran dan Oman semakin memanas. AS meningkatkan kehadiran militernya di kawasan tersebut dan AS juga menuduh Iran menyerang enam kapal tanker di Teluk Oman. Teheran membantah tuduhan serangan tersebut.   

Pada 18 Juli, Garda Revolusi Iran menyita kapal tanker Uni Emirat Arab yang berbendera Panama. Mereka menunduh kapal itu menyelundupkan 1 juta liter bahan bakar dari Iran untuk dijual ke konsumen asing. 

Satu pekan setelahnya, Angkatan Laut Garda Revolusi Iran menyita kapal berbendera Inggris di Teluk Persia. Beberapa pejabat Iran mengisyaratkan penyitaan itu sebagai balasan atas penyitaan yang dilakukan Angkatan Laut Inggris terhadap kapal Iran di Gibraltar. 

Inggris mengatakan kapal Iran itu diduga melanggar sanksi Uni Eropa yang melarang pengiriman bahan bakar ke Suriah. Iran membantah kapal tersebut ada hubungannya dengan Suriah tapi mereka juga mengungkapkan tujuan kapal tersebut. 

Ketegangan bermula ketika Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun lalu. Sebuah perjanjian yang ditandatangani Iran dan Presiden Barack Obama bersama lima kekuatan dunia lainnya. 

Trump juga memberlakukan kembali sanksi ekonomi ke Iran. Memicu Teheran dengan terbuka melanggar ketetapan JCPOA atas batas uranium yang diperkaya. 

Iran mengatakan mereka tidak dapat mematahui ketetapan kesepakatan tersebut. Kecuali negara-negara Eropa anggota JCPOA menyelesaikan masalah krisis ekonomi mereka yang disebabkan sanksi AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement