REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) mengatakan akan menghabiskan 6,5 miliar dolar AS selama tujuh tahun kedepan untuk mengembangkan bahan baku industri teknologi. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap Jepang.
Menteri Perdagangan Korsel Sung Yun-mo mengatakan Seoul juga akan membantu mendanai perusahaan-perusahaan Korsel mengakusisi dan merger dengan perusahaan asing, Senin (5/8). Hal ini diumumkan setelah kabinet Jepang sepakat menghapus Korsel dari daftar putih mitra dagang mereka.
Daftar putih itu adalah negara-negara mitra yang dapat berdagang dengan batasan minimum dengan Jepang. Dihapusnya Korsel dari daftar tersebut membuat Jepang memperketat kontrol ekspor bahan baku teknologi tinggi ke Negeri Gingseng.
Di sela pertemuan ASEAN di Bangkok, Thailand, Kamis (1/8) pekan lalu Menteri Luar Negeri Korea Korsel Kang Kyung-wha sudah memperingatkan Jepang tentang hal ini. Kang mengatakan jika Tokyo tetap mengeluarkan Seoul dari daftar putih, maka Korsel akan meninjau ulang kerja sama keamanan antarkedua negara.
"Karena Jepang mengutip alasan keamanan untuk memberlakukan pembatasan perdagangan, saya katakan kami tidak memiliki pilihan lain selain meninjau ulang berbagai kerangka kerja sama keamanan dengan Jepang jika keputusan kabinet diputuskan besok," kata Kang.
Hubungan Jepang-Korsel berada di titik terendahnya sejak mereka menormalisasi hubungan pada tahun 1965. Rusaknya hubungan diplomatik dan perdagangan dua negara Asia Timur itu mengancam pasokan semikonduktor global. Kini juga dapat menghentikan kerja sama penting dalam menangkal ancaman dari Korea Utara.
Kang sempat menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Toro Kono di sela pertemuan Menteri Luar Negeri Asia-Pasifik di Thailand. Tapi kedua negara tidak dapat menjembatani perbedaan mereka di Bangkok. Salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan tidak ada 'perubahan besar' dalam sikap Tokyo.
Pertemuan sela di Bangkok menjadi pertemuan tertinggi kedua negara setelah Jepang memperketat ekspor bahan baku teknologi tinggi ke Korsel. Menuduh negara tetangganya itu tidak dapat menangani bahan-bahan sensitif.
Pada tahun lalu Mahkamah Agung Korsel memutuskan perusahaan Jepang harus membayar kompensasi kerja paksa selama masa kolonial Negeri Sakura di Semananjung Korea pada 1910 sampai 1945. Jepang mengatakan hal tersebut sudah diselesaikan pada 1965.