Senin 05 Aug 2019 13:42 WIB

Carrie Lam Sebut Hong Kong dalam Bahaya

Demonstrasi di Hong Kong berlanjut dengan pemogokan di seluruh kota.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, 10 Juni 2019.
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, 10 Juni 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada Senin (5/8) memberikan komentar melalui  konferensi pers saat pemrotes pro-demokrasi melakukan pemogokan di seluruh kota. Ia mengatakan saat ini unjuk rasa yang terjadi dinilai memprihatinkan, dan Hong Kong berada dalam situasi berbahaya. 

"Protes dan pawai baru-baru ini telah melihat meningkatnya kekerasan, dan tindakan yang mengkhawatirkan ini telah melampaui (memprotes RUU)," kata Lam dilansir Channel News Asia, Senin (5/8).

Baca Juga

"Kekerasan yang meluas atas nama tuntutan tertentu atau gerakan tidak kooperatif telah secara serius merusak hukum dan ketertiban Hong Kong dan mendorong kota kita, kota yang kita semua cintai dan banyak dari kita membantu untuk membangun, di ambang situasi yang sangat berbahaya," ucap Lam.

Lam mengungkapkan, sebagian besar warga Hong Kong menghadapi kecemasan atas kehidupan sehari-hari mereka. Beberapa dari mereka tidak dapat menggunakan transportasi umum, sementara yang lain terhalang dalam perjalanan untuk bekerja. Ia menilai protes sudah melebihi tuntutan terkait dengan RUU ekstradisi. 

"Pemerintah telah mengumumkan bahwa RUU ekstradisi sudah mati, namun para pemrotes terus melakukan unjuk rasa dan pemogokan," kata dia.

"Pemerintah akan tegas dalam menjaga hukum dan ketertiban di Hong Kong dan memulihkan kepercayaan. Inilah saatnya bagi kita untuk bersatu untuk mengesampingkan perbedaan dan mengembalikan ketertiban dan mengatakan tidak kepada kekacauan," ungkap Lam.

Kerangka kerja satu negara, dua sistem, di mana bekas koloni Inggris dikembalikan ke China pada 1997, memungkinkan Hong Kong untuk mempertahankan tingkat otonomi yang adil dalam urusan lokal. Para pengunjuk rasa khawatir pemerintah pro-Beijing di Hong Kong mengabaikan hak dan kebebasan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement