Selasa 06 Aug 2019 07:54 WIB

Trump Diminta Perketat Kepemilikan Senjata Api

Trump diminta mendorong Senat membahas undang-undang pemeriksaan pemilik senjata api

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Warga berkumpul di pusat kota Dayton untuk para korban penembakan di Distrik Oregon Dayton, Ohio, AS, Ahad (4/8). Menurut laporan awal dari polisi, sembilan orang tewas dan 27 lainnya terluka dan sedang dirawat di rumah sakit setempat. Penembak itu dibunuh oleh polisi.
Foto: EPA-EFE/TOM RUSSO
Warga berkumpul di pusat kota Dayton untuk para korban penembakan di Distrik Oregon Dayton, Ohio, AS, Ahad (4/8). Menurut laporan awal dari polisi, sembilan orang tewas dan 27 lainnya terluka dan sedang dirawat di rumah sakit setempat. Penembak itu dibunuh oleh polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi dan Ketua Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer mengatakan Donald Trump harus mendorong Senat membahas undang-undang pemeriksaan latar belakang kepemilikan senjata api. Senat AS yang saat ini masih reses dikuasai Partai Republik pengusung Trump.

"Butuh waktu kurang dari tiga jam bagi presiden untuk mundur dari seruannya dalam memperkuat legislasi pemeriksaan latar belakang yang lebih kuat, ketika dia tidak menyinggung senjata saat membicarakan kekerasan senjata api, menunjukkan presiden tetap tahanan pelobi senjata dan NRA (Asosiasi Senjata Api AS)," kata Pelosi dan Schumer dalam pertanyaan gabungan mereka, Selasa (6/8). 

Baca Juga

Pada Sabtu (3/7) lalu, AS terguncang oleh penembakan massal di El Paso, Texas, yang menewaskan 20 orang. Penembakan massal kembali terjadi di Dayton, Ohio, 13 jam kemudian. Penembakan itu menewaskan sembilan orang. Lebih 50 orang luka-luka dalam kedua peristiwa tersebut.

Trump mengajukan rencana yang dapat diterima Partai Republik di Kongres. Rencana yang tidak bertentangan langsung dengan pelobi senjata atau mengatasi permasalahan kepemilikan senjata yang banyak pihak anggap sebagai faktor utama dari kekerasan senjata api. 

Dalam pidato di Diplomatic Reception Room Gedung Putih itu, Trump tidak menjelaskan apa yang akan ia lakukan setelah penembakan massal di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio. Pada satu titik Trump salah menyebutkan lokasi penembakan di Ohio. 

Ia mengatakan penembakan massal di negara bagian itu terjadi di Toledo bukan di Dayton. Kesalahan yang sama juga dilakukan mantan wakil presiden AS Joe Biden ketika ia menyebutkan penembakan terjadi di 'Houston' dan 'Michigan' sebelum akhirnya memperbaiki kesalahan tersebut. 

Kubu Demokrat mengecam Trump karena selama ini menyerang kaum imigran dan disebut-sebut turut mengobarkan kebencian rasialisme. Kelompok hak asasi Southern Poverty Law Center mengecam keras sikap Trump.  

"Berpura-pura pemerintahan dan retorika yang penuh kebencian tidak berperan dalam  kekerasan yang terjadi kemarin di El Paso.. menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab yang paling buruk," kata Southern Poverty Law Center dalam pernyataan mereka.

Kelompok itu merujuk pada kampanye Trump yang menyebut pada pendatang dari Meksiko adalah pemerkosa dan penjual narkoba. Senator dan kandidat presiden dari Partai Demokrat dan Bernie Sanders juga meminta Trump berhenti mengucapkan retorika rasialisnya. 

"Tuan Presiden, hentikan retorika rasialis dan anti-imigran Anda. Bahasa Anda menciptakan iklim yang menyemangati para ekstremis untuk (melakukan) kekerasan," cicit Sanders di Twitter. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement