Selasa 06 Aug 2019 09:11 WIB

Tim Investigasi ke Afghanistan Cari Informasi Kejahatan Perang Australia

Sejumlah pria Afghanistan dan beberapa anak ditembak mati tentara Australia.

Red:
abc news
abc news

Sebuah tim investigasi telah berada di Afghanistan untuk menyelidiki tuduhan kejahatan perang yang dilakukan pasukan khusus Australia. Tim ini mewawancarai para saksi yang terkait dengan tuduhan tersebut.

Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan Paul Brereton, seorang hakim di New South Wales bersama staf Inspektur Jenderal Angkatan Bersenjata Australia (IGADF) telah menemui sejumlah saksi di Kabul baru-baru ini.

Hakim Brereton yang juga perwira cadangan berpangkat Mayor Jenderal Angkatan Darat, ditunjuk memimpin penyelidikan atas tuduhan adanya pelanggaran oleh pasukan khusus Australia selama perang 18 tahun di Afghanistan.

Investigasi ini dimulai sejak awal 2016 setelah desas-desus yang beredar di kalangan Pasukan Khusus dan Angkatan Bersenjata Australia semakin meluas dan tidak bisa diabaikan lagi.

Juru bicara Departemen Pertahanan yang dihubungi menolak berkomentar dengan alasan penyelidikan masih berlangsung. Langkah yang dilakukan Hakim Brereton dan timnya ke Afghanistan, meskipun menghadapi kendala logistik dan keamanan, sangat penting dalam kasus ini.

Lamanya penyelidikan dan kerahasiaan kasus ini menyebabkan sejumlah pihak mempertanyakan efektivitas serta dampaknya terhadap moral prajurit Pasukan Khusus Australia.

Langkah Hakim Brereton mewawancarai saksi-saksi Afghanistan menunjukkan investigasi ini tidak hanya bergantung pada laporan resmi Angkatan Bersenjata dan bukti dari prajurit Australia.

ABC sebelumnya memberitakan sejumlah insiden yang melibatkan Pasukan Khusus Australia dari Satuan Udara Khusus dan Resimen Komando ke-2 yang diselidiki tim IGADF.

Insiden ini termasuk yang diduga terjadi di Desa Darwan, Provinsi Uruzgan, yang menewaskan tiga orang di tangan pasukan SAS Australia. Pasukan SAS itu, kabarnya, ke Darwan untuk mencari seorang prajurit Afghanistan yang sebelumnya diduga membunuh tiga tentara Australia.

 

Informasi yang diperoleh ABC dari jurnalis setempat yang mewawancarai warga Desa Darwan menyebutkan salah seorang yang tewas bernama Ali Jan Faqir.

Keterangan warga desa itu menyatakan Ali Jan Faqir ditendang kalau bukan dilempar dari tembok tinggi ke dalam parit dalam kondisi terborgol dan kemudian ditembak. Atau bisa juga ditembak terlebih dahulu kemudian dilemparkan.

Keterangan warga Darwan juga menyebutkan bahwa dua pria lainnya, Yaro Mama Faqir dan Haji Nazar Gul, tidak bersenjata dan ditahan ketika ditembak mati di ruangan yang digunakan menyimpan biji almond.

Penyelidikan IGADF kabarnya juga menyelidiki tuduhan lainnya di mana sejumlah pria Afghanistan dan beberapa anak-anak, ditembak mati oleh tentara Australia.

Tuduhan itu termasuk dugaan pembunuhan pria bernama Bismillah Azadi dan anaknya yang masih kecil, Sadiqullah, di Provinsi Uruzgan pada September 2013.

Versi Pasukan Khusus Australia, Azadi menodongkan pistol ke arah mereka pada operasi malam hari ketika pasukan mengejar target Taliban. Versi ini menyatakan pasukan Australia menembak Azadi hingga mati, tapi tidak menyadari ada anak kecil yang disembunyikan di bawah selimut.

Namun, keluarga dan kerabat Azadi menjelaskan kepada ABC bahwa Azadi dalam kondisi tidak bersenjata ketika dibunuh serta tidak ada hubungan apa-apa dengan Taliban.

Insiden ini termasuk kasus yang diberitakan ABC dalam 'Afghan Files', yaitu serial laporan yang menyebabkan Kepolisian Federal Australia menggeledah kantor pusat ABC di Sydney beberapa bulan lalu.

Insiden lain yaitu dugaan pembunuhan seorang pengusaha Afghanistan bernama Hayat Ustad di tempat usahanya di ibukota Provinsi Uruzgan, Tarin Kot, pada April 2011. Menurut versi pasukan Australia yang diduga menembak Hayat Ustad, dia memiliki dan mengancam mereka.

Namun seorang teman Ustad, Mohammad Hassan, yang berada di lokasi kejadian mengatakan kepada ABC bahwa ketika pasukan Australia tiba mereka langsung tanya siapa manajer gudang itu.

Menurut Hassan, ketika Ustad mengangkat tangannya dan bilang "saya", seorang tentara Australia membawanya keluar dan menembaknya sampai mati. Hassan mengatakan Ustad dalam kondisi tidak bersenjata dan tidak berusaha melarikan diri.

 

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement