Rabu 07 Aug 2019 13:35 WIB

Australia Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Hong Kong

Warga Australia yang ke Hong Kong hendaklah "bertindak dengan ekstra hati-hati."

Red:
abc news
abc news

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke Hong Kong. DFAT mengatakan mereka yang ke sana hendaklah "bertindak dengan ekstra hati-hati."

DFAT mengatakan protes yang terjadi di bekas koloni Inggris yang sudah berlangsung selama dua bulan tersebut sekarang semakin tidak bisa diduga. Ada kemungkinan besar terjadi bentrok antara polisi dengan para pengunjuk rasa.

"Ada kemungkinan terjadinya konfrontasi kekerasan antara pengunjuk rasa dengan polisi, atau individu yang punya latar belakang kriminal terutama di tempat-tempat protes yang tidak berijin," kata pernyataan DFAT.

DFAT menyarankan agar warga Australia yang berada di Hong Kong untuk menghindari lokasi unjuk rasa besar dan mengikuti saran pihak berwenang setempat.

 

Keluarnya peringatan DFAT ini terjadi di saat meningkatnya ketegangan antara pengunjuk rasa pro-demokrasi, polisi Hong Kong dan kelompok warga pro-Beijing.

Bulan lalu, sekelompok orang yang mengenakan topeng, menyerang pengunjuk rasa sipil dengan memukuli mereka dengan benda tumpul dan tongkat di jalanan dan juga di stasiun kereta bawah tanah. Kelompok pro demokrasi mengatakan bahwa kelompok itu adalah anggota kelompok geng yang dikenal dengan sebutan Triad dan menyerukan kepada pemerintah Hong Kong untuk menyelidiki.

Pengunjuk rasa juga berusaha untuk melumpuhkan seluruh kawasan Hong Kong dengan pemogokan besar-besaran setelah mereka berhasil melumpuhkan sebagian layanan udara, kereta dan bus Hong Kong hari Senin (5/8/2019).

 

Jumlah tindak kekerasan dan kerusakan semakin meningkat selama beberapa minggu terakhir, dengan 10 orang terluka minggu lalu ketika kembang api dilemparkan dari sebuah mobil ke arah massa pengunjuk rasa pro demokrasi. Polisi sendiri menggunakan gas air mata, peluru karet dan semprotan merica untuk melawan para pengunjuk rasa tersebut. Banyak warga biasa yang kemudian juga ikut menjadi korban.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan tidak akan mundur

Direktur Eksekutif Hong Kong yang diangkat oleh Beijing, Carrie Lam, hari Senin (5/8/2019) mengatakan bahwa pengunjuk rasa pro-demokrasi menggunakan alasan penentangan mereka terhadap RUU Ekstradisi ke China di belakang maksud sebenarnya yaitu usaha untuk menghancurkan Hong Kong.

"Mereka mengatakan ingin revolusi dan membebaskan Hong Kong. Tindakan ini sudah lebih dari maksud politik semula dan menentang kedaulatan nasional kita," kata Lam.

"Tindakan ilegal ini membahayakan 'satu negara, dua sistem' dan menghancurkan kemakmuran Hong Kong."

 

Meski berbagai kalangan sudah mendesaknya mundur, Lam masih menolak seruan tersebut. Sebelumnya dia mengatakan bahwa pengunduran dirinya tidak akan memberikan solusi yang lebih baik.

Di tahun 2017, Lam dalam debat televisi di Hong Kong mengatakan bahwa dia akan mengundurkan diri bila 'opini mayoritas' membuatnya tidak lagi bisa melakukan pekerjaannya. Tekad Lam untuk tidak mundur mendapat dukungan dari penguasa di Beijing yang sudah memperingatkan kepada pengunjuk rasa bahwa 'penguasa melakukan tidak menahan diri jangan dilihat sebagai sikap lemah."

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

ABC/wires

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement