Rabu 07 Aug 2019 14:30 WIB

Penyebab Kematian Nuon Chea Belum Diketahui

Nuon Chea, salah satu tokoh Khmer Merah meninggal dunia pada usia 93 tahun

Rep: mgro123/ Red: Agung Sasongko
Mantan Petinggi Khmer Merah, Nuon Chea
Foto: Mark Peters/AP
Mantan Petinggi Khmer Merah, Nuon Chea

REPUBLIKA.CO.ID, PNOM PENH -- Nuon Chea, salah satu tokoh Khmer Merah meninggal dunia pada usia 93 tahun, Ahad kemarin. Sebelumnya, Nuon Chea dinyatakan bersalah terkait pembantaian yang dilakukan Khmer Merah pada 1975 hingga 1979.

Pengadilan Kamboja (ECCC) dalam keterangannya menyebut Noun Chea meninggal di rumah sakit. Adapun penyebab kematiannya belum diumumkan.

Dikutip dari BBC, setelah mengambil kendali negara Kamboja pada tahun 1975, Khmer Merah yang berideologi Komunis Maoisme melalui kebijakannnya mengakibatkan jutaan rakyat Kamboja meninggal karena kelaparan, penyakit yang tak diobati, kelebihan kerja, dan eksekusi. Nuon Chea inilah salah satu perancang kebijakan yang dikenal dengan "Tahun Nol".

Sesudah Vietnam menginvasi Kamboja dan menjatuhkan rezim pada tahun 1979, Nuon Chea mundur ke pegunungan dengan para simpatisannya. Nuon sempat mendapatkan pengampunan oleh pemerintah Kamboja. Namun, masyarakat Internasional meminta Nuon diadili.

Kamboja pun menangkap beberapa mantan pemimpin Khmer merah pada tahun 2007. Oleh karenanya, Nuon Chea dan mantan kepala negara Kamboja Kieu Samphan kemudian dipenjara karena dianggap melakukan tindakan genosida.

Untuk serangkaian kejadian yang terjadi selama Khmer Merah berkuasa, tentunya Pol Pot adalah figur yang paling bertanggung jawab atas kematian sekitar 2 juta rakyat Kamboja pada akhir tahun 1970an. Nuon Chea adalah salah satu figur terpenting dalam aksinya Pol Pot

Hingga akhir hayat, yang bersangkutan menolak pertanggung jawaban atas tindakan kriminalnya tersebut. “Kalau kami tidak menghabisi para pengkhianat internal di dalam kami. Kalau kami tidak menghabisi para musuh, tidak akan ada Kamboja hari ini” kata dia kepada wartawan.

Nuon Chea melihat dirinya sebagai seorang patriot dan tahanan politik. Akan tetapi, sejarah akan mengingat dia sebagai pemimpin yang bengis pada abad ke 20.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement