REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para aktivis pro-demokrasi Hong Kong sudah tiga hari menggelar aksi protesnya di Bandara Hong Kong dengan harapan mendapat dukungan internasional dari penumpang luar negeri yang baru tiba. Protes di Hong Kong telah berlangsung selama sembilan pekan yang dipicu penolakan RUU ekstradisi.
Ratusan demonstran yang sebagian besar mengenakan kemeja hitam mulai kembali berkumpul di area kedatangan Bandara Chek Lap Kok Jumat (9/8) waktu setempat. Mereka membawa pesan yang ditujukan pada penumpang yang baru tiba dari kedatangan internasional.
Demonstran juga menuntut di media sosial dengan meme karcis boarding pass bertuliskan "HK to freedom" dan "warm pick-up to guests to HK". Langkah-langkah keamanan yang ekstra dari pihak keamanan bandara telah dilakukan di bandara sebelum demonstrasi. Pihak berwenang mencegah siapa pun tanpa boarding pass memasuki area check-in.
Meski belum mendapatkan izin sah melakukan aksi, para demonstran telah menggelar protes di bandara selama tiga hari. Demonstrasi berlangsung damai tanpa menyebabkan gangguan penerbangan.
Otoritas Bandara Hong Kong sebelumnya mengatakan, pihaknya mengetahui informasi aksi yang direncanakan. Bandara menegaskan beroperasi secara normal.
Koresponden Aljazirah Rob McBride melaporkan dari Hong Kong bahwa kekhawatiran utama di antara pihak berwenang Hong Kong bukanlah protes di bandara, namun demonstrasi tidak sah di tempat lain yang juga diperkirakan terjadi di seluruh kota sepanjang hari dan akhir pekan mendatang.
"Anda harus ingat bahwa banyak pengunjuk rasa keluar, dan mereka memprotes dengan cukup damai. Kekhawatiran terhadap pihak berwenang adalah sekarang bahwa ada kelompok keras ribuan pengunjuk rasa, yang tampaknya terlibat dalam bentrok dengan pihak berwenang," kata McBride dilansir Aljazirah, Jumat (9/8).
Sementara itu, juru bicara pemerintah yang tidak dikenal mengatakan, pemerintah dan industri perjalanan pariwisata Hong Kong akan bekerja meminimalkan gangguan perjalanan serta siap menyambut dan membantu pengunjung ke Hong Kong kapan saja. Kendati demikian, pada Kamis, pemerintah mengakui bahwa kedatangan wisatawan turun 26 persen pada akhir bulan lalu. Angka itu menurun dibandingkan dengan tahun lalu yang semakin jatuh pada Agustus. Industri perjalanan Hong Kong menyumbang 4,5 persen dari ekonomi pusat keuangan. Dari sana pemerintah mempekerjakan sekitar 250 ribu orang, atau sekitar 7 persen dari total populasi pekerja.
Seperti dikutip South China Morning Post, Ketua Dewan Industri Perjalanan Jason Wong Chun-tat mengatakan, efek penurunan tersebut bisa sama buruk atau lebih buruk dari itu selama wabah sindrom pernapasan akut 2003. Wong mengatakan, pembatalan perjalanan wisatwan ke Hong Kong dapat mempengaruhi pendapatan hotel pada Agustus yang turun 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara, Menteri Perdagangan Edward Yau Tang-wah mengatakan 22 negara dan wilayah, termasuk AS, telah mengeluarkan peringatan perjalanan untuk Hong Kong. Pada 26 Juli, ribuan warga Hong Kong, termasuk pramugari turut berdemonstrasi di bandara untuk meminta dukungan pengunjung tentang protes yang telah mencengkeram wilayah China semi-otonom.
Dua bulan demonstrasi menimbulkan ancaman terbesar bagi otoritas Beijing sejak penyerahan Hong Kong dari Inggris pada 1997. Ketika protes semakin keras, beberapa negara telah meningkatkan peringatan perjalanan ke Hong Kong. Washington pun minggu ini mendesak warganya untuk meningkatkan kewaspadaan tentang perjalanan ke Hong Kong.