REPUBLIKA.CO.ID, MON -- Longsor yang dipicu hujan musiman di Myanmar menewaskan 34 orang. Sampai saat ini Badan Pencarian dan Pertolongan Myanmar masih terus mencari orang-orang yang hilang di dalam lumpur.
"Kami menemukan 34 orang tewas dan pencarian jenazah masih terus dilakukan," kata pejabat setempat Myo Min Tun, seperti dilansir dari Aljazirah, Sabtu (10/8).
Pemerintah Myanmar yakin lebih dari 80 orang masih hilang. Sebuah bongkahan lumpur di lereng bukit menandai longsor yang menerjang desa Ye Pyar Kone menenggelamkan 16 orang rumah di Negara Bagian Mon.
Tim SAR setempat bekerja sepanjang malam dengan ekskavator dan tangan kosong. Mencoba menjadi orang yang selamat dan jenazah yang belum ditemukan. Sebuah foto dari udara menunjukan puing-puing atap rumah yang tertutup lumpur. Di sampingnya ada truk yang rusak diterjang longsor.
Kuil yang berada di lerang bukit digenangi air. Hanya pagoda emasnya saja yang terlihat timbul di balik lumpur. Salah seorang penduduk Htay Htay Win mengatakan dua putri dan lima orang anggota keluarganya belum ditemukan. Ia berhasil selamat karena sempat melihat banjir di desa tetangga dan langsung meninggalkan rumahnya.
"Saya mendengar suara keras dan berbalik ke belakang untuk melihat rumah saya dihantam lumpur," katanya sambil menangis.
Tim penyelamat menghabiskan Sabtu pagi memasukan jenazah yang dibungkus kantong plastik ke belakang truk. Warga desa menontonnya dengan wajah khawatir.
Salah seorang warga lainnya Tin Htay menggambarkan, ia dan keluarganya berhasil melarikan diri ketika longsor menghancurkan rumah mereka. Ia mengatakan, sempat berhasil menyelamat orang-orang yang terjebak di dalam lumpur.
"Saya menarik seorang perempuan dan dua orang anak dari sebuah mobil tapi saya tidak bisa meraih dua orang lainnya, jadi saya meninggalkan mereka," katanya.
Hujan deras menyebabkan sungai-sungai di Myanmar meluap. Masyarakat di pinggir pantai sudah diperingatkan tentang tingginya air pasang.
Air di kota Shwegyin yang terletak di sebelah timur wilayah Bago setinggi pinggang orang dewasa. Para warga menunggu diselamatkan dengan perahu setelah sungai Sittaung meluap dan menenggelamkan rumah-rumah di kota itu.