REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Ahmad Fikri Noor, wartawan Republika.co.id dari New Delhi
NEW DELHI -- Duta Besar Republik Indonesia untuk India Sidharto Suryodipuro meminta India dan Pakistan untuk mengedepankan dialog dan negosiasi terkait persoalan yang terjadi di Jammu dan Kashmir. Dia mengatakan, Pemerintah Indonesia turut prihatin atas ketegangan yang terjadi wilayah tersebut.
"Konflik terbuka tidak akan membawa keuntungan," kata Sidharto kepada media di KBRI New Delhi, India pada Ahad (11/8).
Sidharto mengatakan, KBRI juga terus memantau dari dekat perkembangan yang terjadi di Jammu dan Kashmir. Sebelumnya diberitakan, penduduk Kashmir merayakan Idul Adha dengan keprihatinan. Antrean panjang tampak mengular di sejumlah anjungan tunai mandiri (ATM) dan toko-toko makanan.
Pemerintah India melonggarkan jam malam untuk memberikan kesempatan kepada umat Muslim mempersiapkan Idul Adha. Namun, jaringan komunikasi termasuk telepon rumah dan internet tetap dimatikan sehingga warga Kashmir tidak dapat berkomunikasi dengan sanak saudara mereka ketika Idul Adha.
Seorang pejabat tinggi administrasi, Baseer Khan mengatakan, komoditas penting termasuk makanan, biji-bijian, dan daging akan dikirim ke berbagai wilayah pada Ahad (11/8). Sementara itu, sejumlah besar pasukan tetap berada di jalan-jalan dan memperketat keamanan.
Beberapa hari lalu, sekitar 8.000 warga Kashmir melakukan aksi protes setelah salat Jumat. Sejumlah warga dilaporkan mengalami luka-luka ketika polisi menembakkan gas air mata dan senapan angin.
Aljazirah melaporkan, pembatasan jam malam di wilayah Srinagar dan sebagian besar wilayah Jammu telah dikurangi sehingga warga setempat dapat berbelanja membeli kebutuhan untuk Idul Adha. Adapun stasiun pengisian bahan bakar masih ditutup dan apotek kehabisan stok pasokan medis penting seperti insulin.