Senin 12 Aug 2019 13:02 WIB

Presiden Yaman Temui Raja Salman Bahas Gencatan Senjata

Raja Salman menolak apa pun yang mengancam persatuan dan tatanan sosial Yaman.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi (tengah) melambaikan tangan saat dia berada di Aden, Yaman.
Foto: AP Photo/Wael Qubady
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi (tengah) melambaikan tangan saat dia berada di Aden, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi mengadakan pertemuan dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, Ahad (11/8). Pertemuan tersebut tejadi selang satu hari pasukan Dewan Transisi Selatan (STC) menguasai kota pelabuhan Aden dengan sama-sama menyetuhui gencatan senjata.

"Raja Salman menegaskan Saudi berdiri di sisi Yaman dan menolak apa pun yang mengancam persatuan dan tatanan sosial Yaman terutama tindakan dewan separatis," ujar pernyataan resmi Pemerintah Saudi menurut media pemerintah, Saba News Agency (SNA), seperti dilansir Xinhua, Senin (12/8).

Baca Juga

Sejumlah pejabat senior Saudi, termasuk Menteri Dalam Negeri Saudi turut menghadiri pertemuan yang diadakan di Makkah, Saudi. Presiden Hadi menyatakan, penghargaan terbesarnya atas dukungan Saudi untuk Yaman karena menolak kudeta terhadap institusi negara.

Pada Sabtu, koalisi pimpinan Saudi yang terlibat dalam perang di Yaman menuntut gencatan senjata di Aden. Menurut Saudi Press Agency, Saudi menegaskan langkah militer melawan para pelanggar gencatan senjata. Koalisi kemudian menuntut kelompok-kelompok militer di Aden menarik diri dari daerah-daerah yang mereka duduki dalam beberapa hari terakhir serta menjauhkan diri dari properti milik pemerintah dan pribadi.

Sebelumnya, koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan serangan udara di sebuah situs militer milik pasukan STC yang merebut semua pangkalan militer pemerintah termasuk istana presiden. Pemerintah Yaman yang didukung Saudi menuduh pasukan STC melakukan kudeta terhadap legitimasi konstitusional negara Yaman dengan dukungan langsung dari kekuatan regional.

photo
Raja Salman.

Pemerintah Yaman menganggap STC dan Uni Emirat Arab (UEA) bertanggung jawab penuh atas konsekuensi kudeta terhadap pihak berwenang di Aden. Kota pelabuhan selatan Aden hampir seluruhnya di bawah kendali pasukan STC yang juga bersekutu dengan koalisi pimpinan Saudi dalam pertempuran melawan Houthi.

Pertempuran di Aden dimulai ketika para pemimpin senior STC menuduh pemerintah Yaman yang didukung Saudi mendukung militan Islamis dan membocorkan informasi kepada Houthi yang didukung Iran. Mereka menargetkan pangkalan militer di Aden pekan lalu sehingga menewaskan sejumlah tentara termasuk komandan.

Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman Lise Grande mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sejumlah warga sipil telah tewas dan terluka sejak 8 Agustus ketika pertempuran pecah di kota Aden. Laporan awal menunjukkan bahwa sebanyak 40 orang telah tewas dan 260 terluka.

Dianggap sebagai ibu kota sementara Yaman, Aden adalah tempat pemerintah sah Yaman yang didukung Saudi telah mendasarkan dirinya sejak 2015. Negara Arab ini telah dilanda perang saudara sejak akhir 2014, ketika Houthi menyerbu sebagian besar negara dan merebut semua provinsi utara termasuk ibu kota, Sanaa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement