REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Maskapai penerbangan Hong Kong, Cathay Pacific memperingatkan stafnya Senin (12/8), bahwa mereka akan dipecat jika mendukung atau berpartisipasi dalam protes di negara tersebut. Maskapai tersebut telah mendapat tekanan dari Beijing.
Dalam pesan kepada staf, Kepala Eksekutif Cathay Pasific Rupert Hogg menegaskan bahwa karyawan juga akan menghadapi konsekuensi disipliner, jika mereka terlibat dalam protes pro-demokrasi.
"Cathay Pacific Group memiliki pendekatan tanpa toleransi terhadap kegiatan ilegal. Secara khusus, dalam konteks saat ini, akan ada konsekuensi disipliner bagi karyawan yang mendukung atau berpartisipasi dalam protes ilegal," tulis Hogg, dilansir Japan Times, Senin (12/8).
"Konsekuensi ini bisa serius dan mungkin termasuk pemutusan hubungan kerja," ucap Hogg.
Peringatan itu mengikuti peraturan baru yang diberlakukan oleh regulator penerbangan China. Mereka mewajibkan Cathay Pacific untuk menyerahkan manifes staf pada penerbangan ke daratan atau melalui wilayah udaranya.
Beijing mengatakan kepada maskapai bahwa staf yang terlibat dalam protes akan dilarang dari penerbangan ke China. Unjuk rasa yang terjadi telah mengguncang Hong Kong selama lebih dari dua bulan.
Maskapai tersebut mengatakan akan mematuhi peraturan. Mereka menyebutkan pentingnya bisnis di China dan persyaratan untuk mematuhi peraturan setempat.
Hogg juga secara khusus memperingatkan karyawan untuk tidak mendukung atau berpartisipasi dalam protes baru di bandara Hong Kong pada Senin. Ia mengingatkan staf bahwa tindakan dan kata-kata karyawan yang dilakukan di luar jam kerja dapat memiliki efek signifikan pada perusahaan.
Protes di Hong Kong membuat marah Beijing dan Cathay Pacific dalam posisi yang sulit. Mereka telah menangguhkan seorang pilot yang dituduh melakukan kerusuhan setelah diduga berpartisipasi dalam protes Hong Kong.
Maskapai tersebut telah memecat dua staf bandara, tanpa menyebutkan alasannya. Media lokal melaporkan bahwa mereka dituduh membocorkan rincian perjalanan tim sepak bola polisi Hong Kong yang sedang melakukan perjalanan ke China. Perusahaan itu menghadapi panggilan boikot di China, dan sahamnya turun lebih dari empat persen di perdagangan Hong Kong pada Senin.